GEOPOLITIK
INDONESIA
Negara pasti mempunyai kondisi yang dapat digunakan
untuk mempertahankan kelangsungan negara. Kondisi tersebut antara lain ialah
kondisi sosial politik, kondisi geografis, kondisi budaya, dan kondisi
historis. Sebagai negara yang cukup besar di kawasan Asia Tenggara, Indonesia
pun memiliki kondisi-kondisi tersebut dan secara bertahap mengembangkannya agar
kualitasnya meningkat. Perpaduan antara kondisi geografis dan sikap politik
yang diputuskan oleh pemerintah merupakan komponen esensial dalam pengukuran
skala kualitas bangsa. Perpanduan diantara kedua elemen tersebut disebut dengan
situasi geopolitik. Geopolitik ini sendiri dapat dipahami sebagai suatu situasi
hubungan erat antara faktor-faktor ilmu bumi suatu negara dan strategi serta
politik, terutama politik luar negeri dari negara tersebut (Nasution,
1984:200). Dalam geopolitik perlu dijelaskan secara rinci mengenai kondisi
geografis di Indonesia yang sejak dulu telah ditakdirkan untuk menjadi negara
lalu lintas karena posisinya yang strategis karena diapit oleh dua benua yaitu
Benua Asia dan Benua Australia serta diapit dua samudra yaitu Samudra Hindia
dan Samudra Pasifik.
Selain karena letak Indonesia yang strategis karena diapit oleh dua benua dan
dua samudra, Indonesia juga merupakan negara kepulauan terbesar dengan garis
pantai panjang yang menandakan banyaknya pelabuhan alam yang dimilikinya
(Nasution, 1984:226). Apabila hal tersebut dihunbungkan dengan situasi politik
yang ada dari pengaruh letak geografis Indonesia, maka tidak menutup
kemungkinan bahwa Indonesia akan memiliki pengaruh yang cukup besar dengan
memanfaatkan kekuatan darat dan perairan secara seimbang. Akan tetapi, apabila
kekuatan darat dan perarian tidak seimbang maka hal tersebut akan menjadi
bumerang karena dapat melemahkan kondisi internal maupun eksternal Indonesia.
Hal lain yang terkorelasi dengan kondisi geografis tersebut adalah Indonesia
memerlukan suatu kebijakan terpadu untuk meningkatkan kualitas maritim
Indonesia itu sendiri (Nasution, 1984:221).
Dalam rangka mewujudkan fungsi pertahanan yang telah disebutkan diatas,
Indonesia mengalami dua jenis perang yaitu perang rakyat yang terjadi dalam
rangka merebut kemerdekaan dan perang yang terjadi pada teritorial tertentu
yang terjadi pada perang-perang regional yang disebabkan oleh pemberontakan dan
juga perang gerilya. Perang rakyat ini pada dasarnya dirumuskan terjadi akibat
adanya imperialis yang datang dengan tekanan dan mendapatkan serangan balas
dari rakyat; yang biasanya merupakan negara agraris (Nasution, 1984:259).
Sedangkan perang gerilya merupakan sebuah taktik perang yang digunakan saat
perang dalam rangka memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Dalam lima sampai sepuluh tahun ke depan, konsep gerilya ini masih konsep
mumpuni mengingat Indonesia belum memiliki mekanisme yang matang seperti
Amerika Serikat dan negara besar lainnya dalam melengkapi persoalan keuangan
hingga birokrasi menyangkut pertahanan domestik dan non-domestik. (Nasution,
1984:81). Doktrinisasi pertahanan juga masih berkisar pada peningkatan
pembangunan angkatan perang modern serta peningkatan kualitas stabilitas
politik yang bersumber pada kematangan kepribadian bangsa sehingga yakin dapat
menyelesaikan permasalahan secara mandiri (Simatupang, 1981:240). Kondisi
geopolitik Indonesia memiliki keterkaitan yang erat dengan kemampuan pemerintah
Indonesia dalam merancang maupun memprediksi hal-hal yang mungkin terjadi
kepada bangsa Indonesia di masa mendatang. Akan tetapi hal yan paling penting
adalah kesadaran dari tiap individu yang berbangsa Indonesia lah yang sejatinya
mampu meningkatkan kondisi geopolitik Indonesia yang stabil serta siap
menghadapi kemungkinan-kemungkinan di maa mendatang.
REFERENSI
Simatupang, Mayjen, T.B. 1981. “Geopolitik dan
Masalah Pertahanan Kita”, dalam Pelopor
Perang dalam Perang Pelopor Damai,
Jakarta: Penerbit Sinar Harapan, pp. 198-240
Nasution, AH. 1984. “Bentuk-Bentuk Peperangan dan
Pembangunan Pertahanan Kita”,
dalam Pokok-Pokok Gerilya dan Pertahanan
Republik Indonesia di Masa Lalu dan
Masa yang akan Datang, Bandung:
Penerbit Angkasa, pp. 241-264
Nasution, AH. 1984. “Gerilya dan Perang Kita yang
akan Datang”, dalam Pokok-Pokok
Gerilya dan Pertahanan Republik Indonesia di
Masa Lalu dan Masa yang akan
Datang, Bandung: Penerbit Angkasa, pp. 77-117
No comments:
Post a Comment