Keefektifan proses komunikasi tidak hanya ditentukan oleh
kemampuan berkomunikasi, tetapi juga oleh diri si komunikator. Fungsi
komunikator ialah pengutaraan pikiran dan perasaannya dalam bentuk pesan untuk
membuat komunikan(penerima pesan) menjadi tahu atau berubah sikap, pendapat,
atau perilakunya.
Demi mencapai hasil yang diharapkan, maka penting untuk seorang komunikator memperhatikan;
Demi mencapai hasil yang diharapkan, maka penting untuk seorang komunikator memperhatikan;
a.
Etos komunikator
Etos adalah nilai diri seseorang
yang merupakan paduan dari kognisi (proses memahami), afeksi (perasaan yang
ditimbulkan oleh perangsang dari luar), dan konasi (aspek psikologis yang
berkaitan dengan upaya). Jelas kiranya bahwa suatu informasi atau pesan yang
disampaikan komunikator kepada komunikan akan komunikatif apabila terjadi
proses psikologis yang sama antara insan-insan yang terlibat dalam proses
tersebut. Situasi komunikatif seperti itu akan terjadi bila terdapat etos pada
diri komunikator. Adapun factor pendukung yang dapat menimbulkan etos pada
seseorang;
1.
Kesiapan: gaya
komunikasi yang meyakinkan memerlukan persiapan yang matang, contohnya: materi
pembahasan.
2.
Kesungguhan:
kesungguhan akan menimbulkan kepercayaan komunikan terhadap apa yang disampaikan.
3.
Ketulusan:
komunikator yang terampil dapat menstimulasikan faktor ketulusan agar
menghindari kesan palsu dalam pikiran komunikan.
4.
Kepercayaan:muncul
dengan penguasaan diri dan situasi secara sempurna (bukan takabur), sebelum
dapat memancarkan kepastian.
5.
Ketenangan:
ketenangan yang ditunjukkan komunikator akan menimbulkan kesan pada komunikan
bahwa Ia berpengalaman dan mengusasi persoalan yang disampaikan.
6.
Keramahan: keramahan
tidak berarti kelemahan, tetapi pengekspresian sikap etis.
7.
Kesederhanaan:
keaslian menunjukkan keaslian dan kemurnian sikap.
b.
Sikap komunikator
Sikap adalah suatu kesiapan
kegiatan, suatu kecenderungan pada diri seseorang untuk melakukan suatu
kegiatan menuju atau menjauhi nilai-nilai sosial. Dalam kaitannya dengan
kegiatan komunikasi yang melibatkan manusia sebagai sasarannya, terdapat jenis
sikap pada diri komunikator;
·
Reseptif: kesediaan
untuk menerima gagasan dari orang lain. Komunikator dapat mengambil manfaat
dari setiap pendapat yang berlainan.
·
Selektif: untuk
menjadi komunikator yang baik, maka harus menjadi komunikan yang terampil. Di
dalam menerima pesan dari orang lain dalam bentuk gagasan/informasi, Ia harus
dapat selektif dalam rangka pembinaan profesinya untuk diabdikan kepada
masyarakat.
·
Dijestif: kemampuan
komunikator dalam mencernakan gagasan atau informasi dari orang lain sebagai
bahan bagi pesan yang akan dikomunikasikan. Kemampuannya dalam memahamimakna
secara lebih luas, lebih dalam dari yang tersurat, melihat intinnya yang
hakiki, dan melakukan prediksi akibat pengaruh dari gagasan/informasi tersebut.
·
Asimilatif:
kemampuan komunikator dalam megnkorelasikan gagasan/informasi yang diterimanya,
secara sistematis dengan apa yang telah dimiliki dalam benaknya(hasil
pendidikan/pengalaman).
·
Transmisif:
kemampuan komunikator dalam mentransmisikan konsep yang telah diformulasikan
secara kognitif, afektif, dan konatif kepada orang lain. Dengan kata lain,
dapat memilih kata-kata yang fungsional, menyusun kalimat secara logis, memilih
waktu yang tepat, sehingga dapat menimbulkan dampak yang diharapkan.
Apabila komunikan yang akan dijadikan sasaran sudah
jelas, media yang diperkirakan memadai juga telah ditetapkan, maka kini
gilirannya untuk menata pesan. Sehubungan dengan proses komunikasi persuasif,
teknik yang dipilih adalah sebagai berikut;
1. Teknik
asosiasi
Penyajian
pesan komunikasi dengan cara menumpangkannya pada suatu objek atau peristiwa
yang sedang menarik perhatian khalayak, biasanya dilakukan pada ranah
politik/bisnis.
2. Teknik
integrasi
Kemampuan
komunikator untuk menyatukan diri secara komunikatif dengan komunikan menjadi
peran integrasi. Hal ini menandakan bahwa komunikator “senasib”, dan karena itu
menjadi satu dengan komunikan.
3. Teknik ganjaran
Kegiatan
untuk mempengaruhi orang lain dengan cara mengiming-imingi hal yang
menguntungkan atau menjanjikan harapan.teknik ini berdaya upaya menumbuhkan
kegairahan emosional.
4. Teknik tataan
Upaya
menyusun pesan komunikasi sedemikian rupa, sehingga enak didengar atau dibaca
serta termotivasikan untuk melakukan sebagaimana disarankan oleh pesan
tersebut. Teknik ini menata pesan dengan imbauan emosional sedemikian rupa,
sehingga komunkan tertarik perhatiannya.
5. Teknik red herring
Berasal
dari sebuah nama ikan yang hidup di samudera atlantik utara, kebiasaan ikan red
herring dalam membuat gerak tipu ketika diburu oleh pemangsa/manusia. Dalam
kaitan persuasif, ketika dalam posisi terdesak, seni seorang komunikator untuk
meraih kemenangan dalam perdebatan adalah dengan mengelakkan argumentasi yang
lemah untuk kemudian mengalihkannya sedikit demi sedikit ke aspek yang
dikuasainya, guna dijadikan senjata yang ampuh dalam menyerang lawan.
Daftar pustaka
Devito, Joseph A., Communicology:
An Introduction to the study of Communication, Harper&Row Publishers, New
York-London, 1978
Onong Uchjana Effendy, Imu Komunikasi: Teori dan praktek, Remaja Karya, Bandung, 1984
Onong Uchjana Effendy, Imu Komunikasi: Teori dan praktek, Remaja Karya, Bandung, 1984
No comments:
Post a Comment