Pengertian Kepuasan Kerja adalah - Menurut Blum & Naylor (dalam Rao, 2003),
kepuasan kerja merupakan hasil dari sikap seseorang terhadap hal-hal yang
berhubungan dengan pekerjaannya dan faktor. Taylor (dalam Houtte, 2006)
mendefinisikan kepuasan kerja sebagai perasaan seseorang terhadap pekerjaannya.
Kepuasan kerja sering dihubungkan dengan penghargaan ekstrinsik dan intrinsik
dalam bekerja.
Selain itu Perie (1997) menyatakan bahawa kepuasan
kerja merupakan reaksi afektif terhadap situasi pekerjaan seseorang. Ini dapat
dijelaskan sebagai keseluruhan dari perasaan seseorang mengenai pekerjaannya
dalam aspek yang spesifik pada suatu pekerjaan.
Dari beberapa pengertian diatas, kepuasan kerja
dapat diartikan sebagai perilaku dan perasaan seseorang terhadap aspek yang
spesifik dari suatu pekerjaan.
Teori Psikologi Yang Mendasari Kepuasan Kerja
Teori-teori kepuasan kerja yang
ada dan saling melengkapi dan berhubungan dengan
teori psikologi yang mempelajari need dan value adalah:
a. Teori Maslow
Hasibuan menyatakan bahwa manusia
adalah makhluk sosial yang berkeinginan. Keinginan ini
terjadi secara terus-menerus dan hanya akan berhenti bila akhir hayatnya tiba.
Suatu kebutuhan yang telah dipuaskan tidak menjadi alat motivator bagi pelakunya,
hanya kebutuhan yang belum terpenuhi yang akan menjadi motivator (dalam Prabu,
2005). Maslow membagi kebutuhan manusia berdasarkan tingkatan hierarki yang
diawali dengan kebutuhan manusia yang paling dasar. Berikut merupakan susunan
hierarki kebutuhan Maslow (Schultz, 1994):
1) Kebutuhan fisiologis (Physiological needs)
Maslow berpendapat bahwa orang yang kelaparan akan
memikirkan, memimpikan dan mendambakan hanya makanan saja. Tapi yang paling
penting adalah pemenuhannya. Kebutuhan fisiologis menjadi lebih penting sebagai
kekuatan motivasi dalam budaya di mana kelangsungan hidup dasar sehari-hari
lebih diperhatikan.
2) Kebutuhan rasa aman (Sefety needs)
Maslow yakin bahwa kebutuhan akan rasa aman sangat
penting pada masa bayi dan pada orang dewasa yang neurotis. Kesehatan emosional
orang dewasa dipenuhi/dipuaskan oleh kebutuhan rasa aman. Kepuasan tersebut
membutuhkan stabilitas, keamanan dan kebebasan dari rasa takut dan cemas.
3) Kebutuhan cinta (Love needs)
Kebutuhan ini dapat ditunjukkan dengan berbagai cara
seperti melalui suatu hubungan dekat dengan sahabat, orang yang dicintai atau
pasangan; ataupun melalui hubungan sosial yang dibentuk dalam kelompok yang
sudah dipilih. Kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan ini adalah dasar penyebab
emotional maladjustment.
4) Kebutuhan akan harga diri (Self-esteem needs)
Setelah kita merasa dicintai dan memiliki sense of
belonging, kemudian kita mengembangkan kebutuhan untuk harga diri. Pemenuhan
dari kebutuhan ini mengarahkan kita kepada rasa kepercayaan terhadap kekuatan,
keberhargaan dan kelengkapan.
5) Aktualisasi diri (Self-actualization)
Aktualisasi diri merupakan realisasi dan pemenuhan
dari potensial dan kemampuan kita. Maslow barpendapat bahwa kita termotivasi
untuk menjadi apa yang kita harapkan di masa mendatang.
b. Teori Herzberg
Teori Herzberg dikenal dengan
teori dua faktor. Herzberg mengembangkan teori
hierarki kebutuhan Maslow menjadi teori dua faktor tentang motivasi (dalam
suwar, 2008). Dua faktor itu dinamakan faktor pemuas (motivation factor) yang
disebut dengan satisfier atau intrinsic motivation dan faktor pemelihara
(maintenance factor) yang disebut dengan disatisfier atau extrinsic motivation.
1) Faktor motivasi (Motivation factor)
Faktor pemuas yang disebut juga motivator yang
merupakan fakor pendorong seseorang untuk berprestasi yang bersumber dari dalam
diri seseorang tersebut (kondisi intrinsik) antara lain: prestasi yang diraih
(achievement), pengakuan orang lain (recognition), tanggungjawab
(responsibility), peluang untuk maju (advancement), kepuasan kerja itu sendiri
(the work it self), kemungkinan
pengembangan karir (the possibility of growth).
2) Faktor hygiene (Hygiene factor)
Merupakan faktor yang berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan untuk memelihara keberadaan karyawan sebagai manusia, pemeliharaan
ketentraman dan kesehatan. Faktor ini juga disebut dissatisfier (sumber
ketidakpuasan) yang merupakan tempat pemenuhan kebutuhan tingkat rendah yang
dikualifikasikan ke dalam faktor ekstrinsik, meliputi kompensasi, keamanan dan
persepsi guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja dan
kepuasan kerja keselamatan kerja, kondisi kerja, status, prosedur perusahaan,
mutu dari supervisi teknis dari hubungan interpersonal di antara teman,
sejawat, dengan atasan, dan dengan bawahan.
Kesimpulannya dalam teori dua faktor bahwa terdapat
faktor pendorong yang berkaitan dengan perasaan positif terhadap pekerjaan
sehingga membawa kepuasan kerja, dan yang kedua faktor yang dapat mengakibatkan
ketidak puasan kerja. Kepuasan kerja adalah motivator primer yang berkaitan
dengan pekerjaan itu sendiri, sebaliknya ketidakpuasan pada dasarnya berkaitan
dengan memuaskan anggota organisasi dan menjaga mereka tetap dalam organisasi
dan itu berkaitan dengan lingkungan (Suwar, 2008).
Konsekuensi Dari Kepuasan Kerja
Kumar (2007) menyatakan ada beberapa konsekuensi
yang diperoleh dari kepuasan kerja, yaitu:
1. Ketidakhadiran (absenteeism)
Ada hubungan antara kepuasan kerja dan frekuensi
dari ketidakhadiran dari seorang pekerja. Tingkat ketidakhadiran seorang
pekerja biasany berhubungan terbalik dengan kepuasan kerja. Ketidakpuasan dalam
bekerja akan menghasilkan ketidakinginan untuk bekerja dan hal ini memaksa
pekerja untuk menjauh dari pekerjaannya.
2. Pemberhentian kerja (turn over)
Penelitian menemukan bahwa pekerja yang puas dengan
pekerjaannya cenderung untuk bertahan dengan pekerjaannya dan pekerja yang
tidak puasn dengan pekerjaannya akan berhenti dari pekerjaan tersebut. Ini
menjadi alasan yang kuat bagi seorang pekerja yang tidak puas dengan
pekerjaannya untuk pergi dan mencari kepuasan dari tempat lain.
3. Pemberitaan negatif (negative publicity)
Konsekuensi lainnya dari ketidakpuasan kerja adalah
pemberitaan yang negatif tentang organisasi tersebut. Pekerja memberitahukan hal-hal
yang membuatnya tidak puas dan akhirnya membuat nama baik organisasi tersebut
menjadi tercemar. Publikasi yang negatif dapat menimbulkan kesulitan dalam
perekrutan karyawan baru.
Daftar
Pustaka Makalah Kepuasan Kerja
Perie, Marianne. , Baker, David P. (1997). Job Satisfaction
Among America’s Teachers: Effects of Workplace Conditions, Background
Characteristics, and Teacher Compensation. U.S. Department of Education Office
of Educational Research and Improvement. [On-Line]. Available FTP :
http://nces.ed.gov/pubs97/97471.pdf. Tanggal akses 8 Maret 2010.
Kumar, Jalaja., Rao, B. D. (2007). Job Satisfaction of
Teacher. New Delhi: Sachin Printers.
Suwar, S.pd, M.Psi. (2008). Persepsi Guru Terhadap Kepemimpinan Kepala
Sekolah dengan Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja. [On-Line ].
Available FTP : http://guruvalah.20m.com/. Tanggal akses 8 Maret 2010.
Rao, Bhaskara., Sridar, D. (2003). Job Satisfaction of School
Teacher. New Delhi : Tarun Offset Printer.
Houtte, Mieke Van. (2006). Tracking and Teacher Satisfaction:
Role of Study Culture and Trust. The Journal of Educational Research.
[On-Line]. Available FTP :
http://proquest.umi.com/pqdweb?index=0&did=1033192251&SrchMode=
1&sid=1&Fmt=6&VInst=PROD&VType=PQD&RQT=309&VName=PQ
D&TS=1276436934&clientId=63928. Tanggal akses 8 Maret 2010.
No comments:
Post a Comment