Telusiri Alam Gaib; Rahasia Malaikat, Jin, dan Setan Menurut Alquran dan Sunnah
Menyingkap Rahasia Alam Gaib
Menyingkap Rahasia Alam Gaib
dakwatuna.com – Dalam Alquran surat
Al-Baqarah dijelaskan dengan gamblang bahwa salah satu bentuk keimanan manusia
kepada Allah adalah mempercayai hal-hal gaib. “Kitab (Alquran) ini tidak ada keraguan padanya;
petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (Yaitu) mereka yang beriman kepada yang
gaib….” (Al-Baqarah;
2-3).
Hal ini menunjukan bahwa tidak ada perkara lain yang paling
petama disebut Allah dalam Alquran dari
ciri orang bertakwa selain beriman kepada perkara gaib. Ini sekali lagi
menunjukkan pentingnya beriman kepada hal gaib.
Mengapa demikian? Karena, apabila kita perhatikan dengan
saksama, inti ajaran Islam bertumpu kepada keimanan akan hal yang gaib. Iman
kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, hari akhir termasuk
surga dan neraka, juga qadha dan qadar. Semuanya adalah perkara gaib.
Lalu, apa yang dimaksud dengan gaib itu? Dan, bagaimana
kita bisa beriman pada hal-hal gaib itu dengan benar? Dalam buku Mengintip Alam Gaib karya
Aep Saepulloh ini kita akan mengetahui berbagai hal tentang perkara gaib
seperti malaikat, jin, hingga sakratul maut.
Secara bahasa, gaib berarti segala sesuatu yang tidak
tampak dari Anda (kullu ma ghaba ‘ank), atau segala sesuatu yang tidak
terlihat oleh mata, sekalipun sampai ke hati (ma ghaba ‘anil ‘uyun wa in kana muhasshalan
fil qulub). Seseorang yang hanya mendengar suara, tanpa melihat
sumber suara, secara bahasa dikatakan gaib (Ibnu Manzhur, 1998).
Para ulama berbeda pendapat tentang apa yang dimaksud
dengan gaib dalam ayat di atas. Ibnu Katsir menuturkan tujuh pendapat ulama
salaf. Semua pendapat tersebut, menurut Ibnu Katsir, adalah benar dan semuanya
adalah masuk dalam kategori gaib yang dimaksud dalam ayat di atas.
Di antaranya adalah riwayat Abul ‘Aliyah yang merupakan
pendapatnya Qatadah bin Da’amah, yaitu beriman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, hari akhir, surga,
neraka, hari pertemuan dengan Allah, mengimani adanya kehidupan setelah
kematian, juga hari kebangkitan (halaman 11).
Di antara perkara-perkara gaib yang dibahas dalam buku ini
adalah bagaimana mengenal malaikat, setan dan
jin, serta sakratul maut.
Bagaimana cara mengimani malaikat? Dalam bukunya al-Habaik fi Akhbar al-Malaik, Imam Suyuthi menukil pendapat Imam Baihaqi dan Syu’ab al-Iman bahwa mengimani malaikat harus mengandung tiga unsur: pertama, meyakini keberadaannya. Kedua, menempatkan mereka secara tepat bahwa mereka adalah hamba dan makhluk Allah, sebagaimana manusia dan jin. Mereka diperintah beribadah kepada Allah dan mereka juga meninggal, hanya saja usia mereka jauh lebih lama, yaitu sampai hari kiamat. Ketiga, mempercayai bahwa di antara mereka yang diutus Allah kepada manusia pilihan; memercayai bahwa di antara yang bertugas menjaga Arasy, menjaga surga dan neraka, mencatat amal manusia dan lainnya, sebagaimana disebutkan dalam Alquran (halaman 27). Manusia juga dituntut untuk mengetahui nama-nama malaikat dan tugas-tugasnya.
Lalu, bagaimana cara mengenal jin dan setan? Menurut penulis buku ini, membahas dunia jin dan setan mesti
hati-hati, agar tidak terjebak pada unsur takhayul dan khurafat. Pun jika
pembahasan itu berdasarkan hadis. Sebab, bisa jadi hadis tersebut tidak valid,
tidak bisa dipertanggungjawabkan kesahihannya. Sebab itulah, dalam buku ini
penulis banyak mengetengahkan hadis-hadis sahih terkait dengan dunia jin dan setan.
Soal jin dan setan, ada perbedaan budaya dan cara pandang antara
masyarakat Indonesia dan Mesir. Di Indonesia, jin dan setan menjadi
sesuatu yang dianggap menarik, bahkan tema itu dijadikan objek komersialisasi.
Hal ini bisa dilihat di berbagai tayangan televisi Indonesia. Mereka seperti
tidak kehilangan kreativitas untuk mengeksploitasi makhluk dari dunia berbeda
itu. Bahkan, kreativitas mereka sudah cenderung berlebihan.
Lalu, apa perbedaan antara jin dan setan? Alam jin berbeda dengan alam manusia. tetapi,
jin dan manusia sama-sama diciptakan untuk beribadah kepada Allah. Hal ini
sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam Alquran, “Tidak aku ciptakan jin dan
manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat:
56).
Dalam Ahkam al-Marjan fi Ahkam
al-Jann, al-Syibli memaparkan pendapat Ibnu Aqil yang mengatakan
bahwa disebut dengan jin karena secara bahasa artinya “yang tersembunyi”,
“terhalang”, “tertutup”. Jin adalah makhluk yang kasat mata.
Sedangkan kata setan, dalam bahasa Arab, berasal dari kata “syathana” yang
berarti “bu’uda” atau “jauh”. Disebut setan karena
ia selalu menjauhkan manusia dari kebenaran.
Namun, tidak semua jin adalah setan. Sebab, jin juga ada yang saleh dan mukmin. Jadi, setan adalah
jin yang kafir dan membangkang. Demikian juga tidak semua setan adalah
jin. Dalam surat An-Nas ditegaskan bahwa setan juga
ada yang dari golongan manusia. Setiap manusia yang membangkang, durhaka, dan
selalu menjauhkan manusia lainnya dari Allah disebut juga dengan setan (halaman
75).
Perkara gaib lain yang wajib dipercayai adalah sakaratul
maut. Sebagaimana rezeki dan jodoh, maut adalah hal gaib dan rahasia. Hanya Allah yang tahu kapan dan di mana
manusia akan dijemput ajal. Sebagai makhluk, manusia hanya dituntut untuk
mempercayai bahwa kematian adalah hal yang pasti datang kepada setiap manusia.
Sakaratul maut adalah saat-saat menyakitkan ketika ruh akan
dikeluarkan dari jasad. Sakaratul maut pasti terjadi dan tidak dapat
dipungkiri. Alquran menegaskan, “Dan datanglah sakratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari
daripadanya.” (Qaf: 19).
Tidak ada yang dapat merasakan betapa sakitnya sakaratul
maut kecuali mereka yang telah merasakannya sendiri. Banyak dalil dan
keterangan yang menjelaskan bahwa sakaratul maut itu sakit menyakitkan. Bahkan,
tidak ada yang lebih sakit daripada sakaratul maut. Semua orang, termasuk para
nabi sekalipun, merasakan sakitnya sakaratul maut ini (halaman 148).
Demikianlah. Buku ini secara lengkap membahas tentang
perkara gaib yang wajib diimani oleh sekalian manusia. Tidak hanya tentang malaikat, jin dan setan. Perkara gaib lainnya seperti bagaimana siksa
kubur, keadaan alam barzakh, dan yang lainnya juga dibahas dalam buku setebal
272 halaman ini.
No comments:
Post a Comment