Teori feminis
melihat dunia dari sudut pandang perempuan. Teori feminis adalah sistem gagasan
umum dengan cakupan luas tentang kehidupan sosial dan pengalaman manusia yang
berkembang dari perspektif yang berpusat pada perempuan.
Dalam perjalanan
sejarahnya, teori feminis secara konstan bersikap kritis terhadap tatanan
sosial yang ada dan memusatkan perhatiannya pada variabel-variabel sosiologi
esensial seperti ketimpangan sosial, perubahan sosial, kekuasaan, institusi
politik, keluarga, pendidikan, dan lain-lain.
Teori feminis
dipandu oleh empat pertanyaan dasar, yaitu 1) Bagaimana dengan para perempuan?
2) Mengapa situasi perempuan seperti ini? 3) Bagaimana dapat mengubah dan
memperbaiki dunia sosial ini? dan 4) Bagaimana dengan perbedaan antarperempuan?
Teori feminis
berpusat pada tiga hal. Pertama ‘objek’ penelitian utamanya, pijakan awal dari
seluruh penelitiannya, adalah situasi (atau situasi-situasi) dan pengalaman
perempuan di dalam masyarakat. Kedua, teori ini memperlakukan perempuan sebagai
‘subjek’ sentral dalam proses penelitiannya. Ketiga teori feminisme bersikap
kritis dan aktif terhadap perempuan, berusaha membangun dunia yang lebih baik
bagi perempuan dan dengan demikian juga bagi umat manusia.
Jenis Teori
Feminisme
a. Feminisme
Kultural
Feminisme
kultural memusatkan perhatian pada eksplorasi nilai-nilai yang dianut perempuan
yaitu bagaimana mereka berbeda dari laki-laki. Feminisme kultural menyatakan
bahwa proses berada dan mengetahui perempuan bisa jadi merupakan sumber
kekuatan yang lebih sehat bagi diproduksinya masyarakat adil daripada
preferensi tradisional pada budaya androsentris bagi cara mengetahui dan cara
mengada laki-laki.
b. Feminisme
Liberal
Feminisme
liberal berpendapat perempuan dapat mengklaim kesetaraan dengan laki-laki
berdasarkan kemampuan hakiki manusia untuk menjadi agen moral yang menggunakan
akalnya, bahwa ketimpangan gender adalah akibat dari pola pembagian kerja yang
seksis dan patriakal dan bahwa kesetaraan gender dapat dihasilkan dengan
mentransformasikan pembagian kerja melalui pemolaan ulang institusi-institusi
kunci hukum, kerja, keluarga, pendidikan dan media.
c. Feminisme
Radikal
Feminisme
Radikal didasarkan pada keyakinan sentral (1) bahwa perempuan memiliki nilai
mutlak positif sebagai perempuan, keyakinan yang berlawanan dengan apa yang
mereka klaim sebagai perendahan secara universal terhadap perempuan (2)
perempuan dimanapun berada selalu tertindas secara kejam oleh patriarki.
d. Teori
Psikoanalitis Feminis
Teori ini
menjelaskan penindasan perempuan berdasarkan deskripsi psikoanalitis dorongan
psikis laki-laki menggunakan kekerasan untuk memaksa perempuan tunduk.
e. Feminisme
Sosialis
Proyek teoritis
feminisme sosialis mengembangkan tiga tujuan (1) untuk melakukan kritik atas
penindasan berbeda namun saling terkait yang dilakukan oleh patriarki dan
kapitalisme dari sudut pandang pengalaman perempuan (2) mengembangkan metode
yang eksplisit dan tepat untuk melakukan analisis sosial dari pemahaman yang
luas tentang materialisme historis (3) memasukkan pemahaman tentang signifikasi
gagasan ke dalam analisis materialis tentang determinasi kehidupan manusia.
Feminisme sosialis telah menetapkan proyek formal yaitu mencapai sintesis dan
langkah teoritis di luar teori feminis.
f. Teori
Interseksionalitas
Teori ini
diawali dari pemahaman bahwa perempuan mengalami penindasan dalam berbagai
konfigurasi dan dalam berbagai tingkat intensitas. Penjelasan utama dari teori
interseksionalitas adalah semua perempuan secara potensial mengalami penindasan
berdasarkan gender, perempuan secara berbeda tertindas oleh beragam interaksi
tatanan ketimpangan sosial.
Sumber :
George Ritzer
dan Douglas Goodman. 2011. Teori Sosiologi. Bantul : Kreasi
Wacana
No comments:
Post a Comment