Sunday, April 30, 2017

Teori Interaksionisme Simbolik dan Teori Konstruksi Realitas Sosial


I. TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK
Teori interaksionisme simbolik adalah salah satu dari teori aliran tradisi sosiokultural yang memberikan pemahaman tentang apa yang dibuat dan dibangun dalam sebuah percakapan. Bagaimana makna muncul dalam percakapan, dan bagaimana simbol – simbol diartikan melalui interaksi. Teori – teori aliran ini memberitahu pada kita tentang tema percakapan apa yang menyatukan manusia dan bagaimana pelaku percakapan berbagi makna, dan juga berfokus pada bagaimana pelaku komunikasi bekerjasama dalam sebuah cara yang tersusun untuk mengatur pembicaraan mereka.
Interaksioneime simbolik merupakan sebuah pergerakan dalam sosiologi, dimana berfokus pada cara – cara manusia dalam membentuk makna dan susunan dalam masyarakat melalui percakapan. Barbara Ballis Lal meringkaskan dasar – dasar pemikiran gerakan ini :
  • Manusia membuat keputusan dan bertindak sesuai dengan pemahaman subjektif mereka terhadap situasi ketika mereka menemukan diri mereka.
  • Kehidupan sosial terdiri dari proses – proses interaksi daripada susunan, sehingga terus berubah.
  • Manusia memahami pengalaman mereka melalui makna – makna yang ditemukan dalam simbol – simbol dari kelompok utama mereka dan bahasa merupakan bagian penting dalam kehidupan sosial.
  • Dunia terbentuk dari objek – objek sosial yang memiliki nama dan makna yang ditentukan secara sosial.
  • Tindakan manusia didasarkan pada penafsiran mereka, dimana objek dan tindakan yang berhubungan dalam situasi yang dipertimbangkan dan diartikan.
  • Diri seseorang merupakan sebuah objek yang signifikan dan layaknya semua objek sosial, dikenalkan melalui interaksi sosial dengan orang lain.
George Herbert Mead yang dianggap sebagai pendiri gerakan interaksionisme simbolis mengemukakan tiga konsep utama, yakni :
  1. 1.    Masyarakat (society)
Atau yang biasa disebut kehidupan kelompok yang terdiri atas perilaku – perilaku kooperatif anggotanya. Kerjasama manusia mengharuskan kita untuk memahami maksud orang lain yang juga mengharuskan kita untuk mengetahui apa yang akan kita lakukan selanjutnya. Jadi, kerjasaman terdiri dari ‘membaca’ tindakan dan maksud orang lain serta menanggapinya dengan cara yang tepat.
Makna merupakan sebuah hasil komunikasi yang penting. Pemaknaan kita merupakan hasil dari interaksi dengan orang lain. Kita menggunakan makna untuk menafsirkan kejadian – kejadian di sekitar kita. Penafsiran itu seperti percakapan internal ; pelaku memilih, memeriksa, menahan, menyusun kembali, dan mengubah makna untuk mengetahui situasi dimana ia ditempatkan dan arah dari tindakan – tindakannya. Jelasnya, kita tidak dapat berkomunikasi tanp berbagi makna dari simbol – simbol yang kita gunakan.
Mead menyebut gerak tubuh sebagai simbol signifikan. Karena gerak tubuh (gesture) mengacu pada setiap tindakan yang dapat memiliki makna. Biasanya, hal ini bersifat verbal juga non verbal. Ketika ada makna yang dibagi, gerak tubuh menjadi nilai dari simbol yang signifikan. Masyarakat ada karena ada simbol – simbol yang signifikan. Secara harfiah kita dapat mendengar diri kita sendiri dan meresponnya seperti yang orang lain lakukan pada kita karena adanya kemampuan untuk menyuarakan simbol. Kita dapat membayangkan seperti apa rasanya menerima pesan kita sendiri dan kita dapat berempati dengan pendengar tersebut, secara mental mengisi respon orang lain. Oleh karena itu, masyarakat terdiri atas sebuah jaringan interaksi sosial dimana anggota – anggotanya menempatkan makna bagi tindakan mereka da tindaka orang lain dengan menggunakan simbol – simbol.
Kegiatan saling mempengaruhi antara merespon orang lain dan diri sendiri ini adalah konsep Mead yang penting, karena akan membentuk konsep kedua yaitudiri.
  1. 2.    Diri
Kita memiliki diri karena kita dapat merespon diri kita sendiri sebagai sebuah objek. Kadang – kadang kita bereaksi dengan baik terhadap diri kita sendiri, misalnya merasakan kebanggaan, kebahagiaan, dan keberanian. Kadang pula kita merasakan takut, marah atau jijik pada diri sendiri.
Cara kita dalam melihat diri kita adalah seperti orang lain melihat diri kita melalui pengambilan peran atau menggunakan sudut pandang orang lain. Inilah yang menyebabkan kita memiliki konsep diri. Istilah lainnya adalah refleksi umum orang lain (generalized others), semacam sudut pandang yang memandang kita sendiri. Refleksi umum orang lain merupakan keseluruhan persepsi kita dari cara orang lain melihat kita.
Diri memiliki dua segi yang masing – masing menjalankan fungsi yang penting :
  • I adalah bagian dari diri kita yang menurutkan kata hati, tidak teratur, tidak terarah, dan tidak dapat ditebak.
  • Me adalah refleksi umum orang lain yang terbentuk dari pola – pola yang teratur dan tetap, yang dibagi dengan orang lain.
Setiap tindakan dimulai dengan adanya dorongan dari I dan selanjutnya dikendalikan oleh me. I adalah tenaga penggerak dalam tindakan, sedangkan mememberikan arah dan petunjuk.
  1. 3.    Pikiran
Kemampuan kita untuk menggunakan simbol – simbol yang signifikan untuk merespon pada diri kita sendiri menjadikan berpikir adalah sesuatu yang mungkin. Berpikir adalah konsep ketiga Mead yang disebut pikiran. Pikiran bukanlah sebua benda, tetapi merupakan sebuah proses. Berpikir melibatkan keraguan ketika kita menafsirkan situasi. Kita berpikir melalui situasi dan merencanakan tindakan selanjutnya. Kita membayangkan beragam hasil dan memilih serta menguji alternatif – alternatif yang ada.
Manusia menggunakan simbol – simbol yang berbeda untuk menamai objek. Kita selalu mengartikan sesuatu berhubungan dengan bagaimana kita bertindak terhadap hal tersebut. Menurut Blumer, objek terbagi ke dalam tiga jenis :
  1. 1.    Fisik (benda – benda)
Manusia mendefinisikan objek secara berbeda, bergantung pada bagaimana mereka bertindak terhadap objek tersebut.
  1. 2.    Objek sosial
Merupakan objek yang dalam proses menyepakatinya memerlukan interaksi antar manusia.
  1. 3.    Abstrak (berupa gagasan – gagasan)
Adalah hasil pemikiran logis terhadap suatu objek.
II. TEORI KONSTRUKSI REALITAS SOSIAL
Istilah konstruksi sosial atas realitas (social construction of reality) didefinisikan sebagai proses sosial melalui tindakan dan interaksi dimana individu menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif.
Dalam aliran filsasat, gagasan konstruktivisme telah muncul sejak Socrates menemukan jiwa dalam tubuh manusia, sejak Plato menemukan akal budi dan id. Gagasan tersebut semakin lebih konkret lagi setelah Aristoteles mengenalkan istilah, informasi, relasi, individu, subtansi, materi, esensi, dan sebagainya. Ia mengatakan bahwa, manusia adalah makhluk sosial, setiap pernyataan harus dibuktikan kebenarannya, bahwa kunci pengetahuan adalah fakta. Aristoteles pulalah yang telah memperkenalkan ucapannya ‘Cogito ergo sum’ yang berarti “saya berfikir karena itu saya ada”. Kata-kata Aristoteles yang terkenal itu menjadi dasar yang kuat bagi perkembangan gagasan-gagasan konstruktivisme sampai saat ini.
Ada tiga macam Konstruktivisme yakni konstruktivisme radikal; realisme hipotesis;  dan konstruktivisme biasa
  1. Konstruktivisme radikal hanya dapat mengakui apa yang dibentuk oleh pikiran kita. Bentuk itu tidak selalu representasi dunia nyata. Kaum konstruktivisme radikal mengesampingkan hubungan antara pengetahuan dan kenyataan sebagai suatu kriteria kebenaran. Pengetahuan bagi mereka tidak merefleksi suatu realitas ontologism obyektif, namun sebuah realitas yang dibentuk oleh pengalaman seseorang. Pengetahuan selalu merupakan konstruksi dari individu yang mengetahui dan tidak dapat ditransfer kepada individu lain yang pasif karena itu konstruksi harus dilakukan sendiri olehnya terhadap pengetahuan itu, sedangkan lingkungan adalah sarana terjadinya konstruksi itu.
  2. Realisme hipotesis, pengetahuan adalah sebuah hipotesis dari struktur realitas yang mendekati realitas dan menuju kepada pengetahuan yang hakiki.
  3. Konstruktivisme biasa mengambil semua konsekuensi konstruktivisme dan memahami pengetahuan sebagai gambaran dari realitas itu. Kemudian pengetahuan individu dipandang sebagai gambaran yang dibentuk dari realitas objektif dalam dirinya sendiri.

Beberapa asumsi dasar dari Teori Konstruksi Sosial menurut Berger dan Luckmann :
  1. Realitas merupakan hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuataan konstruksi sosial terhadap dunia sosial di sekelilingnya.
  2. Hubungan antara pemikiran manusia dan konteks sosial tempat pemikiran itu timbul, bersifat berkembang dan dilembagakan.
  3. Kehidupan masyarakat itu dikonstruksi secara terus menerus.
  4. Membedakan antara realitas dengan pengetahuan. Realitas diartikan sebagai kualitas yang terdapat di dalam kenyataan yang diakui sebagai memiliki keberadaan (being) yang tidak bergantung kepada kehendak kita sendiri. Sementara pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata (real) dan memiliki karakteristik yang spesifik.
Berger dan Luckman mengatakan institusi masyarakat tercipta dan dipertahankan atau diubah melalui tindakan dan interaksi manusia. Meskipun masyarakat dan institusi sosial terlihat nyata secara obyektif, namun pada kenyataan semuanya dibangun dalam definisi subjektif melalui proses interaksi. Objektivitas baru bisa terjadi melalui penegasan berulang-ulang yang diberikan oleh orang lain yang memiliki definisi subyektif yang sama. Pada tingkat generalitas yang paling tinggi, manusia menciptakan dunia dalam makna simbolis yang universal, yaitu pandangan hidupnya yang menyeluruh, yang memberi legitimasi dan mengatur bentuk-bentuk sosial serta memberi makna pada berbagai bidang kehidupannya.
Menurut Rom Harre, inti teori ini adalah gagasan bahwa diri sendiri tersusun oleh sebuah teori pribadi yang mempengaruhi bagaimana kita mendekati dunia. Bagi Harre, seseorang adalah bentuk yang dapat dilihat yang terkarakterisasi oleh sifat – sifat tertentu dan karakteristik yang terbentuk dalam sebuah kelompok sosial dan budaya. Diri Sendiri, berbeda dengan seseorang yang merupakan pikiran pribadi kita mengenai kesatuan kita sebagai seseorang.
Selanjutnya, Harre menguraikan konsep diri sendiri dengan menggunakan tiga elemen yang membentuknya; kesadaran, riwayat hidup, dan perantara.
  1. Kesadaran, ini berarti bahwa kita memiliki kemampuan untuk melakukanobjektivitas terhadap diri sendiri. Kesadaran merupakan dimensi diri sendiri yang sangat berhubungan dengan keadaan saat ini karena ketika kita menyadari bahwa diri kita bergerak melalui ruang dan waktu, kita menggunakan persepsi, pengalaman, dan interaksi kita untuk menjalani tempat kita di dunia.
  2. Riwayat hidup terdiri atas ingatan (kenangan, keyakinan, atau pemahaman mengenai apa yang terjadi di masa lalu dan terbiasa menafsirkan pengalaman), pengalaman saat ini dan masa depan.
  3. Perantara adalah dimensi ketiga tentang diri sendiri dan lebih berhubungan dengan masa depan. Perantara lebih terlihat ketika kita bermaksud untuk melakukan sesuatu. Hal ini melibatkan susunan atau hipotesis mengnai kemampuan seseorang, kemungkinan apa yang ada untuk masa depan.


No comments:

Post a Comment