BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Psikologi
adalah ilmu gejala jiwa yang mempelajari setiap gejala yang timbul pada
manusia. Manusia adalah salah satu makhluk hidup yang berkehidupan
social(interaksi) satu dengan yang lainnya. Perkumpulan antar manusia yang
menghasilkan perubahan sosial menjadikan sebab musabab perubahan sikap yang
dialami setiap individu dalam perkumpulan tersebut. Perkumpulan oleh setiap
manusia juga disebut sebagai massa dimana adanya sekumpulan manusia berbentuk
kelompok atau lainnya yang teratur(konkret) maupun bebas (abstrak). Dalam bab
ini akan dijelaskan beberapa defenisi dan kaitan massa pada psikologi setiap
individu dalam perkumpulan tersebut.
B.
RUMUSAN MASALAH
a.
Pengertian psikologi massa dan aktivitas massa
b.
Menjelaskan tentang klasifikasi massa
c.
Menjelaskan macam-macam pengaruh oleh massa
C.
TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN
1.
Tujuan Penulisan
a.
Mengetahui sisi positif dan negatif dalam gejala atau psikologi massa.
b.
Memenuhi tugas mata kuliah Studi Kepemimpinan Islam SMT III tahun akademik
2013-2014.
2.
Manfaat Penulisan
a.
Secara teoritis penulisan ini diharapkan dapat memberikan materi ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan gejala jiwa dalam massa yang akan dibahas
dalam makalah ini.
b.
Secara praktis penulisan ini diharapkan dapat meningkatkan karya tulis penulis
menjadi lebih baik lagi.
D.
SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika
penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
Bab
I, Pendahuluan, terdiri atas : Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan dan
Manfaat
Penulisan,dan Sistematika Penulisan.
Bab
II, Pembahasan, terdiri atas: Pengertian dan Jenis Massa, aktivitas massa, dan
karakter massa
Bab
III, Penutup, terdiri atas : Kesimpulan
BAB
II
PSIKOLOGI
MASSA
A.
Pengertian dan Jenis Massa
Massa
berasal dari kata yunani –massa- yang berarti bahan roti yang belum jadi roti
atau belum memiliki bentuk seperti roti. Sedangkan massa sebagai gejala dalam
perilaku kehidupan manusia menunjukkan adanya manusia dalam keadaan bergerombol
yang belum ada pembagian tugas yang teratur dan mengikat. Dengan kata lain
massa itu sendiri adalah segerombolan manusia yang belum terorganisir.
Contohnya, beramai-ramai menolong orang yang terkena bencana alam,
beramai-ramai menonton orang yang bermain bola, menonton orang yang menjual
jamu dan sebagainya.
Selain
istilah yang dipakai untuk menyebutkan segerombolan orang banyak, juga dikenal
istilah yang lain yang biasa disebut dengan istilah “crowd”. Pengertian crowd
disatu pihak mungkin akan menimbulkan apa yang memungkinkan lainnya akan
menimbulkan apa yang biasa disebut “audiences” yaitu segerombolan orang yang
bersifat pasif.
Meenicke
dalam bukunya “social psychologie” mengemukakan adanya 2 jenis massa:
1.
Massa yang abstrak, yaitu sekedar gerombolan orang/ manusia yang sama
sekali belum terikat oleh satu kesatuan norma, emosi, motif dan sebagainya.
Walaupun demikian mereka sudah terkumpul/ menggerombol menjadi satu sebagai
akibat adanya dorongan yang sama. Inilah persamaan perhatian, kepentingan,
nasib dan sebagainya. Tetapi bagaimanapun dorongan ini belum kuat dan
sewaktu-waktu dapat bubar atau tidak menyatu.
2.
Massa yang concert, yaitu segerombolan manusia yang sudah
terikat oleh satu kesatuan norma batin motif dan sudah mempunyai satu bentuk
ikatan tertentu.
a.
Ikatan batin, dalam hal ini termasuk pola persoalan motif,
persamaan solidaritas, emosi, rencana kerja atau program.
b.
Persamaan struktur, mereka mempunyai peraturan serta norma
tersendiri dan ini sebagai akibat dari selalu terkumpul.
c.
Mempunyai struktur yang jelas, jadi bukan lagi merupakan orang
yang bersifat menggerombol begitu saja, tetapi sudah terbentuk suatu
organisasi, dengan pimpinan yang tetap, pembagian kerja serta tujuan yang
pasti.
d.
Mempunyai potensi yang dinamis, dengan bentuknya yang konkret itu
massa ini dapat merupakan suyatu gerakan atau mempunyai fungsi gerakan.
Misalnya : gerakan pramuka, pemuda, dan sebagainya.
Menurut mennicke, massa yang abstrak dimisalkan seperti embrio dari massa yang
konkret. Dengan demikian, massa yang abstrak dapat berubah ke massa yang
konkret serta massa yang konkret dapat pula berubah ke massa yang abstrak.
Gustave
lebon dalam bukunya “psychologie des Foules” mengemukakan satu
jenis massa yang dinamainya “the crowd”. Arti “the crowd” ada 2 macam
yaitu mempunyai fungsi gerak dan yang bersifat pasif.
Ciri-ciri
massa :
a.
Suatu kumpulan banyak orang yang berjumlah puluhan, ratusan atau ribuan.
b.
Berkumpul dan mengadakan saling hubungan untuk sementara waktu.
c.
Karena minat atau kepentingan bersama yang sementara waktu.
Mc
Dougall dalam bukunya “The Group Mind” membagi menjadi 2 massa yaitu :
a.
Massa yang tidak tersusun (crowd).
Pada
massa ini haru lebih dahulu adanya organisasi permulaan sederhana untuk menjadi
organisasi yang tersusun. Karena dalam organisasi yang tidak tersusun itu
banyak sekali terdapat pernyataan kolektif yang merupakan dasar massa tersusun.
b.
Massa yang tersusun.
Disebut
juga dengan massa yang terorganisir. Dimana sama dengan dengan massa yang
konkret (teratur dan terarah) oleh Mennicke.
P.
Endt mengemukakan bentuk lain dari massa, yaitu disebut “Vague Collectiva”
atau kumpulan yang sifatnya kabur, samar-samar dan “abstacte/ collective” atau
kumpulan yang bersifat abstrak.
a.
Vague Collective yaitu segerombolan orang yang anggotanya
tidak perlu untuk berkumpul pada suatu tempat, hubungannya antara satu dan
lainnya tidak jelas/ nyata, atau kabur atau samar-samar. Sedangkan tali
pengikat hubungan mereka juga tidak jelas benar. Biasanya berkumpul,
anggota-anggotanya hanya mengirimkan wakil-wakilnya saja.
b.
Abtracte Collective yaitu segerombolan orang yang mengandung
hubungan pikiran dan perasaan. Mereka ini tidak memerlukan suatu ikatan, tempat
berkumpul atau organisasi dan juga tidak perlu saling mengenal satu dengan
lainnya. Misalnya ahli ilmu pengetahuan, seniman, orang seagama, dan sebagainya
walaupun tempat mereka berlainan.
Dilihat
dari aktivitasnya, massa terbagi menjadi 2 macam yaitu :
a.
Massa yang aktif, yaitu massa yang cenderung untuk melakukan
tindakan-tindakan yang serentak. Tindakn-tindakan ini dapat berupa tindakan
yang merusak atau tindakan yang revolusioner. Misalnya menyerbu musuh saat
jepang menyerah.
b.
Massa yang ekspresif, yaitu massa yang bersama-sama melepaskan
tekanan-tekanan jiwa dalam bentuk tertentu. Misalnya pesta adat, demonstrasi –
kesatuan aksi dan sebagainya.
Dilihat
dari aktivitas “Crowd” yang disebut “Mobs”, dapat dibedakan
menjadi 2 macam, yaitu :
a.
Mobs yang bersifat agresif yaitu bentuk Crowd yang massanya sudah mulai
bergerak dalam menjalankan aksinya menimbulkan penghancuran secara membabi
buta, terror, dan pembunuhan.
b.
Mobs yang bersifat ekspresif yaitu bentuk dalam aksinyayang hanya
bersifat melepaskan tekan-tekanan emosi. Contoh : pesta adat, demonstrasi, dan
sebagainya.
Sedangkan yang disebut audiences ialah bagian dari crowd yang
bersifat pasif mempunyai bentuk casual/ perkumpulan yang secara kebetulan
datang dengan sengaja. Contohnya : rekreasi, mendengarkan pidato rapat umum,
mendengarkan penerangan dan sebagainya.
Blumer,
seorang ahli tingkah laku kolektif, membagi macam-macam crowd menjadi 4
bagian yaitu :
a.
The casual crowd ( crowd yang secara kebetulan). Hidupnya
sebentar, terpecah belah, berkumpul kemudian bubar. Biasanya digerakkan oleh
tarikan waktu itu saja, pada rangsangan yang sama. Misalnya, window
shoppers(orang yang melihat etalase took), tidak kenal satu dengan lainnya.
b.
The contenvionalize crowd ( crowd yang terbentuk menurut
kebiasaan), terbentuknya berdasarkan aktivitas yang diarahkan pada
peraturan-peraturan tradisional. Tindakan crowd yang bersifat agresif dan
spontan seperti an acting crowd serta casual crowd. Crowd ini banyak
terpengaruh pada kebudayaan.
c.
An acting crowd (crowd yang aktif). Crowd ini dapat disamakan
dengan crowd yang agresifyang bertindak atas suatu tujuan tertentu, yang
merupakan pengabdian – keinginan individu yang ditandai dengan tuntutan yang
baik berdasarkan kepentingan pribadi maupun golongan tertentu.
d.
An expressive crowd (crowd yang terjadi karena curahan hati).
Tujuannya
adalah ekspresi dari kepentingan pribadi. Tidak mempunya tujuan yang jelas.
Kadang-kadang diwujudkan dalam bentuk kesenangan-kesenangan, pesta-pesta,
tari-tarian, dan sebagainya.
B.
Aktivitas Massa
Aktivitas
atau gerakan massa adalah gerakan yang berbentuk mengubah atau merombak
yang kurang sesuai pada dirinya maupun situasi dengan mengerahkan orang banyak.Hal
yang diubah disini bukan saja masalah yang menyangkut persoalan humasistis
philantropis, tetapi secara luas lagi pada yang umumnya menyangkut kehidupan
dan penghidupan orang banyak.
Le
Bon berpendapat bahwa gerakan masa selalu bersifat negative deskruptif.
Pendapat ini merupakan kelemahan kelemahan dari teorinya yang sebetulnya
demikian, artinya gerakan masa itu di samping tampak deskruptif, selalu
terdapat pula dasar-dasar yang bersifat kontruktif. Sebab dalam gerakan itu
orang mengkongkretkan pula perasaaannya, tindakannya, keinginannya dalam
bentuk-bentuk tertentu. Manifestasi dari perasaan itu biasanya dikonkretkan
dengan symbol, lencana , slogan, lagu perjuangan ataupun bendera dan
sebagainya. Tanda –tanda ini pun sekaligus juga mengkonkretkan tujuan,
menimbulkan rasa setia kawan dan mempertebal rasa in group. Dapat pula
symbol-simbol tersebut memberikan rasa puas terhadap anggota gerakan massa dan
secara tidak langsung ( dengan tidak susah-susah) memperkenalkan adanya gerakan
itu kepada masyarakat.
Proses
gerakan massa melalui beberapa fase sebagai berikut:
a.
Fase Warming Up
Di
dalam fase ini yang terpenting adalah bagaimana mengumpulkan jumlah manusia.
Untuk mengumpulkan jumlah manusia memerlukan teknik sendiri. Dapat juga dimulai
dengan kelompok-kelompok kecil, tetapi yang perlu diperhatikan ialah bagaimana
memupuk kemauan individu itu agar menjadi kolektif, dalam pengertian
menimbulkan perasaan-perasaan dan persamaan tujuan.
Apabila
massa itu sudah dalam gerak dimana untuk menambah anggota biasanya pula
digunakan beberapa cara, misalnya dengan yel-yel, slogan-slogan, pengeras suara
yang membakar emosi yang menyebabkan orang menjadi tertarik, menimbulkan
kesempatan bagi seseorang yang memang sebelumnya sudah menantikan
rangsangan-rangsangan emosi dengan tujuan untuk melepaskan tekanan yang ada
pada dirinya tersebut.
b.
Face Aggressive
Seseorang
yang sudah masuk dalam massa akan kehilangan kepribadiannya. Control terhadap
egonya menjadi menipis bahkan hilang sama sekali, yang tinggal hanya jiwa
kolektif (pemikiran). Pada saat-saat ini pula timbulnya sifat-sifat dan sikap
histeris mereka, sebagai pengungkapan pelepasan emosi yang selama ini
terpendam.
Dengan
timbulnya sifat dan sikap histeris mereka akan menimbulkan kekuatan yang anonim
(tidak beridentitas), sehingga dapat bersifat destruktif (bersifat destruksi
(merusak, memusnahkan, atau menghancurkan)) dan ofensif (serangan). Sifat
destruktif dan ofensifini memerlukan penyaluran yang benar dan sasaran yang
jelas (tetap). Sebab, bila tidak akan menimbulkan gerakan massa yang liar
dan bisa berakibat fatal.
c.
Face Vacum
Gerakan
massa tidak akan terjadi terus-menerus. Sebagai manusia dilihat dari biologis
atau fisik, maka akan mengalami pengurangan energi. Jadi, bagaimanapun gerakan
massa itu ada batasnya. Gerakan itu dengan sendirinya akan mengendor, tetapi
tidak berarti berhenti sama sekali. Dengan demikian timbullah waktu kosong.
Pada
kesempatan inilah biasanya mudah timbul infiltrasi (penyusupan atau campur
tangan), penetrasi adu domba, usaha memecah belah dan sebagainya. Oleh sebab
itu pula dapat dikatakan pada fase ini merupakan fase yang kritis, sebab fase
ini pula yang merupakan fase penentuan akan timbul tidaknya gerakan massa itu
lagi. Sedangkan bagi kelompok massa itu sendiri, untuk menjaga agar kelompok
massa itu tetap kompak diperlukan seorang pemimpin yang awas(kritis dan
tanggap) serta bijaksana.
d.
Kembali ke fase warming up dan seterusnya.
Dari
uraian di atas dapatlah kita lihat,bahwa orang hidup dalam waktu yang penuh
dengan kekhawatiran, kecemasan, perasaan tidak puas, dirampas kemauan
pribadinya, bila mereka kesunyian, mengalai kekosongan jiwa, maka mereka akan
lebih mudah disugesti dan menjadi kehilangan akal sehat, peranan ego atau
super ego atau insan kamil menjadi hilang. Kemudian dicarilah orang-orang
yang dapat memberikan rasa aman dan tempat untuk melepaskan rasa ketidakpuasan
tadi. Dari hubungan ini akhirnya akan terkumpulah orang banyak dan
menenggelamkannya ke dalam suatu perkumpulan umum yang memperoleh kemesraan
serta melarikan diri dari bahaya dan pengekangan jiwa yang membentuk
solidaritas antar sesama.
Aspek
kelakuan kelompok yang merupakan bentuk tindakan kolektif yang biasanya
menyebabkan hilangnya kesadaran diri. Oleh sebab itu, tidaklah heran jika
setiap tindakan mereka dikategorikan sebagai sesuatu yang tidak dapat diterima
akal.
C. Karakter massa
Menurut
Lebon, fenomena psikologi sesudah orang bergerak dalam massa dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu:
a.
Karena hilangnya rasa tanggung jawab individu
Dimana
hilangnya rasa tanggung jawab ini disebabkan oleh timbul dan hidupnya rasa
milik kodrat raksasa yaitu kekuasaan kolektif yang memberikan kemungkinan
menuruti segala keinginan dan nafsu. Berkuasa kepribadian yang tak sadar,
impulsive, mudah tersinggung, tidak bersikap kritis, selalu berkepastian mutlak
dan bertindak mekanis. Orang yang hanya sekedar bekerja sendiri dimana
mengerjakan sesuatu tanpa memikirkan yang diperintahkan kepadanya. Kejadian ini
sama dengan orang yang kena hipnotis.
b.
Karena infeksi jiwa
Ini
dapat menimbulkan sifat-sifat yang menular sehingga individu mau mengorbankan
kepentingan dirinya sendiri bagi kepentingan orang banyak. Dalam suasana menular
ini, yang ragu-ragu juga ditulari sampai aktif dalam gerakan massa itu.
c.
Karena jiwa massa yang sangat sugestibel
Dalam
keadaan yang sangat sugestibel, mereka mudah tersinggung. Siapa yang mencoba
berani menentang, tanpa perhitungan akan dilawan walaupun hasilnya kalah atau
menang. Dalam keadaan ini mereka yakin satu kekuatan yang ada sehingga berani
bertindak tanpa ada keraguan, kompak sehingga sebagai individu dapat
dibawa kepada suatu keadaan yang melebur pribadinya dan menuruti keinginan orang
yang menyugestinya. Massa dalam hal ini hampir sama dengan sekelompok hewan
yang secara instingtif butuh akan kepemimpinan dan secara instingtif pula patuh
serta menurut saja.”
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
1.
Massa berasal dari kata yunani –massa- yang berarti bahan roti yang belum jadi
roti atau belum memiliki bentuk seperti roti. Sedangkan massa sebagai gejala
dalam perilaku kehidupan manusia menunjukkan adanya manusia dalam keadaan
bergerombol yang belum ada pembagian tugas yang teratur dan mengikat. Dengan
kata lain massa itu sendiri adalah segerombolan manusia yang belum
terorganisir. Contohnya, beramai-ramai menolong orang yang terkena bencana
alam, beramai-ramai menonton orang yang bermain bola, menonton orang yang
menjual jamu dan sebagainya.
2.
Psikologi massa terbagi menjadi 2 yaitu: secara tersusun dan tidak tersusun.
3.
Pengaruh massa yang disebabkan oleh:
a.
Hilangnya rasa tanggungjawab individu
b.
Infeksi atau gangguan jiwa
c.
Jiwa massa yang sangat sugestibel
REFERENSI
•
Moedjiono, Imam. Kepemimpinan dan Keorganisasian. 2002. UII Press: Yogyakarta
No comments:
Post a Comment