BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Peranan komunikasi pembangunan telah banyak
dibicarakan oleh para ahli, pada umumnya mereka sepakat bahwa komunikasi
mempunyai andil penting dalam pembangunan. Everett M. Rogers (1985) menyatakan
bahwa, secara sederhana pembangunan adalah perubahan yang berguna menuju suatu
sistem sosial dan ekonomi yang diputuskan sebagai kehendak dari suatu bangsa.
Rogers juga menyatakan bahwa komunikasi merupakan dasar dari perubahan sosial.
Di abad modern ini, terutama pasca perang dunia kedua,
bermunculan berbagai penemuan baru sebagai akibat kemajuan teknologi yang
berkembang pesat dan terjadi susul menyusul. Teknologi memberikan manusia
bermacam-macam kemudahan dalam melakukan pekerjaan, dan lebih dari itu
menjadikan kehidupan lebih menyenangkan dan lebih nyaman.
Perkembangan teknologi mendorong semakin berkembangnya
teknologi komunikasi. Kemajuan teknologi komunikasi diawali dengan penemuan
transistor, kemudian berkembang microhip, sistem komunikasi satelit, dan
lain-lain telah membuat jarak bukan lagi suatu halangan untuk berkomunikasi
dengan yang lainnya. Laju perkembangan teknologi komunikasi telah memperlancar
arus informasi dari dan keseluruh penjuru dunia.
Kemajuan teknologi juga meningkatkan mobilitas sosial,
mempermudah orang untuk saling berhubungan. Pergaulan berlangsung berupa
kontak-kontak pribadi diikuti oleh tukar menukar gagasan dan pengalaman.
Hubungan manusia dari satu bangsa dengan bangsa lainnya semakin intensif dan
dunia seolah-olah menjadi semakin sempit. Mc Luhan menyebut dunia sekarang
sebagai a global village (globalisasi).
Dalam hal ini media massa memiliki peran
yang penting dalam mempengaruhi masyarakat global, melalui media massa kita
dapat mengetahui segala informasi juga saling berkomunikasi dan berinteraksi.
Apalagi dengan adanya penemuan internet, masyarakat global dapat saling
berhubungan satu sama lain walau dalam jarak yang jauh, informasi dapat dengan
mudah disebarluaskan dengan adanya jaringan internet tersebut. Walau masih
banyak terjadi perbincangan di berbagai kalangan bahwa internet masih belum
bisa dikategorikan sebagai salah satu media massa, alasannya karena internet
hanya dikonsumsi oleh beberapa kalangan saja, misalnya kalangan mahasiswa dan
masyarakat perkotaan.
Kemajuan dibidang teknologi komunikasi tersebut ikut
andil dalam mempengaruhi komunikasi sosial dan pembangunan, bisa saja
dimanfaatkan untuk hal yang positif, namun juga dapat berdampak negatif. Untuk
lebih jelasnya, dalam makalah ini saya akan menjelaskan mengenai pengaruh
globalisasi media serta hubungannya dengan komunikasi sosial dan pembangunan.
1.2 Rumusan Masalah
Isi
dan analisis studi kasus yang saya buat dalam makalah ini
berdasarkan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud
dengan globalisasi dan globalisasi media?
2.
Apa yang
dimaksud dengan komunikasi sosial pembangunan?
3.
Apa saja
pengaruh dari globalisasi media serta apa hubungannya dengan komunikasi sosial
pembangunan?
4.
Teori apa
yang berhubungan dengan masalah yang akan dipaparkan?
5.
Dampak apa
saja yang didapat masyarakat dengan adanya globalisasi media tersebut?
6.
Cara dan
strategi apa saja yang dilakukan agar komunikasi sosial pembangunan bisa sampai
ke pedesaan?
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan
makalah ini bertujuan untuk :
1.
Mengetahui
dan memahami yang dimaksud dengan globalisasi dan globalisasi media.
2.
Mengetahui
dan memahami yang dimaksud dengan komunikasi sosial pembangunan.
3.
Menjelaskan
berbagai pengaruh dari globalisasi media dan hubungannya dengan komunikasi
sosial pembangunan.
4.
Menjelaskan
teori yang berhubungan dengan rumusan masalah.
5.
Memaparkan
dampak yang didapat dari globalisasi media, baik yang bersifat positif maupun
negatif.
6.
Memaparkan
cara-cara dan strategi-strategi yang dilakukan agar komunikasi sosial
pembangunan bisa sampai ke pedesaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Globalisasi
Globalisasi adalah
proses penyebaran unsur-unsur baru khususnya
yang menyangkut informasi secara mendunia
melalui media cetak dan elektronik. Khususnya, globalisasi terbentuk oleh
adanya kemajuan di bidang komunikasi dunia. Ada pula yang mendefinisikan
globalisasi sebagai hilangnya batas ruang dan waktu akibat kemajuan
teknologi informasi.
Selo Soemardjan
mendefinisikan globalisasi sebagai terbentuknya sistem organisasi dan
komunikasi antar masyarakat di seluruh dunia untuk mengikuti sistem dan
kaidah-kaidah yang sama. Sedangkan menurut A.G. Mc Gew, globalisasi merupakan
proses dimana berbagai peristiwa, keputusan dan kegiatan di belahan dunia yang
satu dapat membawa konsekuensi penting bagi berbagai individu dan masyarakat di
belahan dunia yang lain.
Globalisasi
berpengaruh pada hampir semua aspek kehidupan masyarakat. Ada masyarakat
yang dapat menerima adanya globalisasi, seperti generasi muda, penduduk dengan
status sosial yang tinggi, dan masyarakat kota. Namun, ada pula masyarakat yang sulit
menerima atau bahkan menolak globalisasi seperti masyarakat di daerah
terpencil, generasi tua yang kehidupannya stagnan, dan masyarakat yang belum
siap baik fisik maupun mental.
Globalisasi terjadi
melalui berbagai saluran, di antaranya:
b. lembaga keagamaan
c. indutri internasional dan lembaga perdagangan
d. wisata mancanegara
e. saluran komunikasi dan telekomunikasi internasional
f. lembaga internasional yang mengatur peraturan
internasional dan
g. lembaga kenegaraan seperti hubungan diplomatik dan
konsu
2.2 Hubungan Globalisasi dengan Komunikasi Sosial
Pembangunan
Komunikasi Sosial dan Pembangunan merupakan gabungan
dari dua istilah, yaitu Komunikasi Sosial dan Komunikasi
Pembangunan. Secara substansial, kedua istilah tersebut tidak
mengandung perbedaan yang begitu berarti. Yang artinya, materi
bahasan yang terkandung di dalamnya sama-sama membahas tentang
bagaimana komunikasi harus dilakukan, sehingga berperan
sebagai penunjang pelaksanaan program-program pembangunan dalam
rangka menciptakan perubahan pada suatu sistem sosial, yakni
perubahan sosial (social changes).
Secara konseptual, komunikasi dan pembangunan
memandang perubahan sebagai proses sosial yang tak terpisahkan dalam kehidupan
masyarakat. Berbagai perilaku komunikasi dalam masyarakat seringkali
dipengaruhi oleh perkembangan masyarakat sebagai dampak dari perubahan yang
demikian cepat.
Dalam arti sempit, pengertian komunikasi pembangunan
adalah segala upaya, cara dan teknik penyampaian gagasan dan keterampilan
pembangunan yang berasal dari pihak yang memprakarsai pembangunan kepada
masyarakat yang menjadi sasaran, agar dapat memahami, menerima, dan
berpartisipasi dalam pembangunan.
Pengertian ini tercermin dalam sejumlah kegiatan
sistematis yang dilakukan oleh berbagai badan dan lembaga yang bersifat lokal,
nasional, maupun internasional dalam menyebarkan gagasan pembangunan kepada
khalayak ramai.Sebagai proses perubahan dan pembaharuan masyarakat, pembangunan
membutuhkan kontribusi komunikasi, baik sebagai bagian dari kegiatan masyarakat
maupun sebagai ilmu yang terus berkembang dari waktu ke waktu.
Berbagai gejala sosial yang diakibatkan oleh proses
tersebut, telah memberikan inspirasi bagi penemuan konsep baru dalam bidang
komunikasi.Perilaku komunikasi suatu kelompok masyarakat terus berubah sehingga
proses adaptasi juga terus berlangsung.
Perubahan yang dikehendaki dalam pembangunan tentunya
perubahan kearah yang lebih baik atau lebih maju keadaan sebelumnya. Oleh
karena itu peranan komunikasi dalam pembangunan harus dikaitkan dengan arah
perubahan tersebut. Artinya kegiatan komunikasi harus mampu mengantisipasi
gerak pembangunan.
Dikatakan bahwa pembangunan adalah merupakan proses,
yang penekanannya pada keselarasan antara aspek kemajuan lahiriah dan kepuasan
batiniah. Jika dilihat dari segi ilmu komunikasi yang juga mempelajari masalah
proses, yaitu proses penyampaian pesan seseorang kepada orang lain untuk
merubah sikap, pendapat dan perilakunya. Dengan demikian pembangunan pada
dasarnya melibatkan minimal tiga komponen, yakni komunikator pembangunan, bisa
aparat pemerintah ataupun masyarakat, pesan pembangunan yang berisi ide-ide
atau pun program-program pembangunan, dan komunikan pembangunan, yaitu
masyarakat luas, baik penduduk desa atau kota yang menjadi sasaran pembangunan.
Dalam kasus globalisasi media, 3 komponen pembangunan
tersebut adalah :
1.
Komunikator
pembangunan; lembaga media massa.
2.
Pesan
pembangunan; informasi yang sedang aktual, sosialiasi mengenai suatu program baru, pesan komersial, hiburan, dll.
3.
Komunikan
pembangunan; masyarakat luas (baik penduduk desa ataupun kota yang menjadi
sasaran pembangunan).
Saluran media massa pada umumnya lebih banyak
digunakan untuk komunikasi informatif. Dengan saluran ini komunikator
pembangunan pembangunan berusaha untuk memperkenalkan dan memberikan
pengetahuan mengenai pesan-pesan pembangunan. Selanjutnya untuk perubahan
perilaku, aktifitas komunikasi harus dilipatgandakan dengan menggunakan
berbagai macam saluran.
Kemajuan teknologi telah dinikmati oleh masyarakat
Indonesia yang sedang membangun. Melalui radio, televisi, film, dan surat kabar
dapat dikatakan seluruh pelosok tanah air telah terjangkau oleh jaringan
komunikasi yang menghubungkan pusat dan daerah. Pesan-pesan pembangunan dari
pusat ke daerah dan sebaliknya dapat dengan mudah disiarkan oleh media tersebut
diatas.
Kemajuan teknologi komunikasi jelas akan membawa
dampak, baik positif maupun negatif terhadap kehidupan sosial budaya
masyarakat. Secara positif akan memberikan kemungkinan terjadinya komunikasi
secara lebih baik dan luas jangkauannya. Kemajuan ini telah dirasakan
manfaatnya bagi negara-negara yang sedang membangun. Dampak negatif menimbulkan
masalah baru. Memberikan kemudahan timbulnya pertentangan sosial dan perubahan
sistem nilai, karena adanya perbenturan sistem nilai dalam masyarakat penerima
teknologi yang mempunyai latar belakang budaya yang berbeda. Selain itu tidak
mustahil derasnya arus nilai-nilai budaya melalui media massa dapat menimbulkan
perubahan berbagai sikap pada anggota masyarakat yang mempunyai latar belakang
kebudayaan yang berbeda.
Bagi bangsa Indonesia masalah yang dihadapi berkaitan
dengan faktor budaya adalah :
a. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang
terdiri dari beraneka suku bangsa dengan latar belakang kebudayaan, agama, dan
sejarah yang berbeda.
b. Masyarakat yang majemuk ini sedang mengalami
pergeseran sistem nilai sebagai akibat pembangunan yang pada hakekatnya
merupakan proses pembaharuan di segala sektor kehidupan.
c. Derasnya arus informasi dan komunikasi yang dibawa
oleh media massa
d. Pertambahan penduduk yang menuntut pertambahan sarana
hidup baik dalam kuantitas, kualitas, maupun variasi.
2.3 Tinjauan Teoritis (Teori Difusi Inovasi dan Media
Ekologi)
Teori Difusi Inovasi pada dasarnya menjelaskan proses
bagaimana suatu inovasi disampaikan (dikomunikasikan) melalui saluran-saluran
tertentu sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Lebih
jauh dijelaskan bahwa difusi adalah suatu bentuk komunikasi yang bersifat
khusus berkaitan dengan penyebaranan pesan-pesan yang berupa gagasan baru.
Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi
inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok, yaitu:
1) Inovasi; gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap
baru oleh seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif
menurut pandangan individu yang menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh
seseorang maka ia adalah inovasi untuk orang itu. Konsep ’baru’ dalam ide yang
inovatif tidak harus baru sama sekali.
2) Saluran komunikasi; ’alat’ untuk menyampaikan
pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Dalam memilih saluran
komunikasi, sumber paling tidakperlu memperhatikan
(a) tujuan diadakannya
komunikasi dan
(b) karakteristik penerima.
Jika komunikasi dimaksudkan untuk
memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas,
maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media
massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku
penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah
saluran interpersonal.
3) Jangka waktu; proses keputusan inovasi, dari mulai
seseorang mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan
pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling
tidak dimensi waktu terlihat dalam
(a) proses pengambilan keputusan inovasi,
(b) keinovatifan seseorang: relatif lebih awal atau lebih lambat dalammenerima
inovasi, dan
(c) kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial.
4) Sistem sosial; kumpulan unit yang berbeda secara
fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka
mencapai tujuan bersama .
Rogers dan Shoemaker (1971) menjelaskan bahwa proses
difusi merupakan bagian dari proses perubahan sosial. Perubahan sosial adalah proses
dimana perubahan terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Perubahan
sosial terjadi dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu: (1) Penemuan (invention),
(2) difusi (diffusion), dan (3) konsekuensi (consequences).
Penemuan adalah proses dimana ide/gagasan baru diciptakan atau dikembangkan.
Difusi adalah proses dimana ide/gagasan baru dikomunikasikan kepada
anggota sistem sosial, sedangkan konsekuensi adalah suatu perubahan dalam
sistem sosial sebagai hasil dari adopsi atau penolakan inovasi.
Sedangkan berdasarkan Teori Media Ekologi, pengaruh dari teknologi media terhadap masyarakat merupakan
ide utama dibalik teori ekologi media, pemikiran ini dibingkai dalam tiga
asumsi:
1) Media melingkupi setiap tindakan di dalam
masyarakat.
Menurut asumsi pertama teori ekologi media, manusia tidak dapat melarikan diri dari media.
Menurut asumsi pertama teori ekologi media, manusia tidak dapat melarikan diri dari media.
2) Media memperbaiki persepsi kita dan
mengorganisasikan pengalaman.
Asumsi kedua teori ekologi media melihat media sebagai sesuatu yang langsung mempengaruhi manusia. Cara manusia memberi penilaian, merasa, dan bereaksi cenderung dipengarhi oleh media
Asumsi kedua teori ekologi media melihat media sebagai sesuatu yang langsung mempengaruhi manusia. Cara manusia memberi penilaian, merasa, dan bereaksi cenderung dipengarhi oleh media
3) Media menyatukan seluruh
dunia. Menurut asumsi ketiga teori ini menyebutkan media mampu menyatukan
seluruh dunia. Pertistiwa atau hal yang dilakukan di belahan dunia lain, dapat
diketahui atau menjalar ke belahan dunia lain. Media seolah mengikat dunia
menjadi sebuah kesatuan sistem politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang besar.
Contohnya :
tidak ada lagi batasan antara ruang pribadi dan ruang publik. Apa yang kita
lakukan detik ini, dalam hitungan detik pula akan diketahui oleh teman kita,
meskipun berjarak ratusan bahkan ribuan kilometer. Tidak hanya itu, interaksi
pun tidak terjadi dalam konteks 2 atau 3 orang saja, tetapi mungkin sampai
puluhan, ratusan, bahkan ribuan orang.
2.4 Analisis Studi Kasus
Globalisasi media massa merupakan proses yang secara
natural terjadi, sebagaimana jatuhnya sinar matahari, sebagaimana jatuhnya
hujan atau meteor. Pada titik-titik tertentu, terjadi benturan antar budaya
dari luar negeri yang tak dikenal oleh bangsa Indonesia. Jadi kekhawatiran
besar terasakan benar adanya ancaman, serbuan, penaklukan, pelunturan karena
nilai-nilai luhur dalam paham kebangsaan.
Imbasnya adalah munculnya majalah-majalah
Amerika dan Eropa versi Indonesia seperti: Bazaar, Cosmopolitan, Spice, FHM (For Him Magazine), Good Housekeeping, Trax dan
sebagainya. Begitu pula membajirnya program-program tayangan dan produk rekaman
tanpa dapat dibendung.
Lantas bagaimana bagi negara berkembang seperti
Indonesia menyikapi fenomena transformasi media terhadap perilaku masyarakat
dan budaya? Bukankah globalisasi media dengan segala nilai yang dibawanya
seperti lewat televisi, radio, majalah, koran, buku, film, vcd dan kini lewat
internet sedikit banyak akan berdampak pada kehidupan masyarakat?
Saat ini masyarakat Indonesia sedang mengalamai
serbuan yang hebat dari berbagai produk pornografi berupa tabloid, majalah,
buku bacaan di media cetak, televisi, radio dan terutama adalah peredaran
bebas VCD. Baik yang datang dari luar negeri maupun yang diproduksi sendiri.
Walaupun media pornografis bukan barang baru bagi Indonesia, namun tidak pernah
dalam skala seluas sekarang. Bahkan beberapa orang asing menganggap Indonesia
sebagai “surga pornografi” karena sangat mudahnya mendapatkan produk-produk pornografi
dan harganya pun murah.
Kebebasan pers yang muncul pada awal reformasi
ternyata dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat yang tidak bertanggungjawab,
untuk menerbitkan produk-produk pornografi. Mereka menganggap pers mempunyai
kemerdekaan yang dijamin sebagai hak asasi warga negara dan tidak dikenakan
penyensoran serta pembredelan.
Globalisasi pada hakikatnya ternyata telah membawa
nuansa budaya dan nilai yang mempengaruhi selera dan gaya hidup
masyarakat. Melalui media yang kian terbuka dan terjangkau,
masyarakat menerima berbagai informasi tentang peradaban baru yang
datang dari seluruh penjuru dunia. Padahal, kita menyadari belum semua warga
negara mampu menilai sampai dimana kita sebagai bangsa berada. Begitulah,
misalnya, banjir informasi dan budaya baru yang dibawa media tak jarang teramat
asing dari sikap hidup dan norma yang berlaku. Terutama masalah
pornografi, dimana sekarang wanita-wanita Indonesia sangat
terpengaruh oleh trend mode dari Amerika dan Eropa yang dalam
berbusana cenderung minim, kemudian ditiru habis-habisan. Sehingga
kalau kita berjalan-jalan di mal atau tempat publik sangat mudah menemui wanita
Indonesia yang berpakaian serba minim mengumbar aurat. Di mana budaya itu sangat
bertentangan dengan norma yang ada di Indonesia. Belum lagi maraknya kehidupan free sex di kalangan remaja
masa kini. Terbukti dengan adanya video porno yang pemerannya
adalah orang-orang Indonesia.
Untuk masyarakat perkotaan yang umumnya sudah memiliki
banyak media, pesan seharusnya disampaikan sedemikian rupa
disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan kebutuhan. Penyajian
pesan lewat sinetron yang dapat dinikmati keluarga dikala santai
akan dapat menggugah kesadaran khalayak. Di samping penyajian pesan
melalui media tercetak, seperti leaflet, folder, brosur, dan sebagainya, yang dibuat
dengan cara yang menarik sehingga sayang untuk dibuang begitu saja.
Isu yang telah dipaparkan diatas merupakan salah satu
studi kasus mengenai globalisasi media massa dan dampaknya terhadap perilaku
sosial di masyarakat perkotaan, yang dirasa memang kurang membangun tetapi
malah menjatuhkan. Hal ini lah yang harus kita renungkan dan sikapi dengan
bijaksana.
Beda halnya dengan masyarakat pedesaan, seperti yang
kita ketahui sebagian besar penduduk di Indonesia 50% berada di pedesaan dan
hidup dari hasil pertanian. Oleh sebab itu strategi komunikasi pembangunan
harus dipusatkan pada daerah pedesaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Depari
dan Mc Andrews (1991) bahwa sampai saat ini strategi komunikasi pembangunan
masih terbatas pada siaran pedesaan, baik melalui media massa maupun
pemanfaatan para petugas penyuluhan pembangunan. Oleh sebab itu perlu
dipikirkan lebih lanjut, bagaimana usaha-usaha komunikasi yang ada dapat
dikembangkan, terlebih-lebih menghadapi tantangan era globalisasi.
Dalam hal ini di Indonesia melalui televisi dan radio
sebagai saluran media massa telah melaksanakan program acara siaran pedesaan.
Demikian pula Koran masuk desa (KMD) sebagai media cetak telah disalurkan
kepada masyarakat pedesaan. Sedangkan melalui saluran komunikasi interpersonal
pemerintah telah menerjunkan jupen-jupen pembangunan dan penyuluh pertanian
lapangan (PPL). Pertunjukan rakyat yang mengemas pesan-pesan pembangunan pun
banyak ditampilkan. Kegiatan ini punya daya tarik dan kekuatan tersendiri. Susanto
(1988) mengatakan bahwa bentuk-bentuk komunikasi melalui pertunjukan
rakyat/tradisional di maksud untuk :
1) Memudahkan penerimaan pesan-pesan oleh masyarakat
karena disajikan dalam bentuk yang santai dan mudah dipahami bentuk dan
lambangnya.
2) Memancing komunikasi ke atas, yaitu pesan-pesan dari
rakyat langsung kepada pemerintah dalam bentuk yang dapat diterima oleh
pemerintah.
Di samping itu wadah lain yang umumnya terdapat
dipedesaan yaitu kelomponcapir ; wadah yang dapat menjembatani pesan-pesan
pembangunan dari media massa kepada masyarakat. Wadah ini biasanya dipimpin
oleh pemuka-pemuka masyarakat (opinion leaders), yang biasanya memiliki
ciri-ciri :
1) Lebih tinggi pendidikan formalnya dibandingkan dengan
anggota masyarakat lain.
2) Lebih tinggi status sosialnya serta status ekonominya.
3) Lebih inovatif dalam menerima atau mengadopsi ide-ide
baru.
4) Lebih tinggi kemampuan medianya.
5) Kemampuan empati mereka lebih besar.
6) Partisipasi sosial mereka lebih besar.
7) Lebih kosmopolit.
.BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
dan Saran
Dalam komunikasi sosial pembangunan, Komunikasi
tentunya harus berada di garis depan untuk mengubah sikap dan perilaku manusia
Indonesia sebagai pemeran utama pembangunan, baik sebagai subjek maupun sebagai
objek pembangunan. Kualifikasi dasar agen perubahan menurut Duncan dan Zaltman
merupakan tiga yang utama diantara sekian banyak kompetensi yang mereka miliki,
yaitu:
1) Kualifikasi teknis; yakni kompetensi teknis dalam
tugas spesifik dari proyek perubahan yang bersangkutan.
2) Kemampuan Administratif; yakni persyaratan
administratif yang paling dasar dan elementer (kemauan untuk mengalokasikan
waktu untuk persoalan-persoalan yang relatif menjelimet/detailed).
3) Hubungan antar pribadi; suatu sifat yang paling
penting adalah empati/kemampuan seseorang untuk mengidentifikasikan diri dengan
orang lain, berbagi akan perspektif dan perasaan mereka dengan seakan-akan
mengalaminya sendiri.
Bangsa Indonesia harus mampu menumbuhkan dan
mengembangkan sistem nilai yang sesuai dengan tuntutan pembangunan. Pembangunan
sistem nilai yang cocok dengan tuntutan kemajuan harus tetap dilandasi
nilai-nilai yang terkandung dalam falsafah Pancasila sehingga proses
modernisasi di Indonesia benar-benar proses aktualisasi dari bangsa Indonesia
sesuai dengan tuntutan zaman. Dan yang terakhir, kita sebagai masyarakat global
diharapkan harus senantiasa bijak dalam menghadapi isu-isu global yang
berkembang.
Daftar Pustaka
Depari, Eduard dan Mc Andrew, Collin, 1991. Peranan Komunikasi Massa Dalam Pembangunan,
Gadjah Mada University : Yogyakarta.
Effendy, Onong Uchjana, 1987. Komunikasi dan Modernisasi, Alumni :
Bandung.
Hettne, Bjorn, 1982. Ironi Pembangunan di Negara Berkembang, Sinar Harapan : Jakarta.
Harmoko, 1985. Komunikasi Sambung Rasa, Pustaka Sinar Harapan : Jakarta.
Rogers, Everett M dan Shoemaker, F Floyd, 1981. Memasyarakatkan Ide-Ide Baru, Usaha
Nasional : Surabaya.
Susanto, Astrid, 1977. Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, Bina Cipta : Jakarta.
Makalah :Malik, Dedy Djamaluddin, 1991. Komunikasi Pembangunan :
Perspek-Depedensia : Bandung.
No comments:
Post a Comment