Era
Pembangunan Indonesia di Masa Orde Lama dan Orde Baru
Pembangunan yang terjadi di Indonesia secara
signifikan dapat terlihat setelah Indonesia merdeka dan lepas dari kungkungan
penjajah sehingga bangsa ini pun dengan bebas mampu sedikit demi sedikit
membangun bangsa yang telah berabad-abad ditindas. Pembangunan yang
dilakukan oleh pendahulu kita, dilakukan untuk memajukan Indonesia. Akan
tetapi, perjuangan yang dilakukan untuk membangun Indonesia tidak berjalan
tanpa ada hambatan. Pembangunan tersebut mengalami berbagai transformasi,
perkembangan, hingga dinamika sejak masa pemerintahan presiden pertama,
Soekarno, hingga di era reformasi. Tiap-tiap pemimpin yang memerintah bangsa
Indonesia memiliki cara tersendiri yang ditempuh dalam rangka membentuk
orientasi pembangunan di Indonesia.
Dimulai saat masa kepemimpinan Presiden Soekarno yang lebih mengedepankan
orientasi pembangunan ke dalam. Presiden Soekarno, seperti yang telah diketahui
dari pembahasan sebelumnya, merupakan pemimpin yang dapat dikatakan menutup
jalan bagi negara asing untuk memasuki bangsa Indonesia dalam berbagai aspek.
Sikap Sukarno tersebut semestinya membawa Indonesia menjadi mandiri dan berdiri
pada kaki sendiri (berdikari). Dalam kacamata Sukarno, membangun Indonesia
secara sosialis merupakan cara yang terbaik karena dengan diterapkannya
pembangunan Indonesia secara sosialis, maka peranan modal asing akan mustahil
menjadi penting. Secara tegas, Presiden Soekarno memilih menerapkan sistem
pembangunan secara sosialis dibandingkan dengan sistem pembangunan kapitalis
yang semestinya juga dapat dijadikan pertimbangan dalam pembangunan Indonesia.
Cara yang dipilih oleh Presiden Soekarno ternyata menimbulkan kekecewaan karena
jalan yang dipilih beliau untuk membangun Indonesia dengan orientasi kedalam
justru membuat masyarakat Indonesia mengalami masalah yang salah satunya adalah
krisis ekonomi.
Munculnya berbagai kekecewaan terhadap jalan yang ditempuh oleh Sukarno tidak
hanya datang dari masyarakat semata, namun juga terlontar kritikan-kritikan
terhadap keijakan sosialis Sukarno dari guru besar Universitas Indonesia yang
merupakan perwujudan kekecewaan mereka. Menurut para guru besar yang mengkritik
Sukarno, terdapat kelalaian yang dilakukan Sukarno di masa pemerintahannya
sehingga kelalaian itu ka tidak hanya mengakibatkan krisis inflasi dan defisit
neraca pembayaran yang sedang melanda ekonomi Indonesia, tetapi juga
memperburuk situasi keterbelakangan dan ketergantungan (Mas’oed, 1989:63).
Segala kebijakan dan sistem yang telah dipergunakan Sukarno untuk memangun
Indonesia pada masa pemerintahanny pun segera berakhir seiring dengan
bergantinya pemimpin Indonesia menjadi Suharto. Di masa pemerintahannya,
Suharto tanpa sungkan menggeser dan menggantikan prinsip berdikari yang telah
dipergunakan untuk membangun Indonesia. Ketika itu, orientasi yang diusung oleh
Suharto adalah orientasi pembangunan ke luar yang membuka peluang bagi bangsa
asing untuk menanamkan modal di Indonesia. Fokus Presiden Suharto ketika itu
ialah untuk mengembalikan dan menstabilkan perekonomian Indonesia, sehingga
beliau percaya bahwa strategi yang paling baik untuk menstabilkan keadaan
ekonomi di Indonesia saat itu adalah dengan memungkinkan swasta berperan aktif
dalam pasar bebas (Mas’oed, 1989: 61). Kesenjangan devisa pada saat itu harus ditutup
dan tidak ada cara lain selain mencari sumber-sumber pinjaman yang ada yaitu
pinjaman ke Barat dan Jepang. Selain itu, pembangunan jangka panjang yang harus
dilakukan oleh Indonesia memerlukan dana bantuan dari luar negeri karena itu
penanaman modal asing di Indonesia dibutuhkan (Mas’oed, 1989: 67).
Pasca reformasi, nampaknya orientasi yang digunakan untuk pembangunan Indonesia
masih terpengaruhi warisan dari Suharto, yaitu orientasi pembangunan ke luar.
Hal tersebut tidak serta merta dilakukan tanpa alasan. Kondisi global yang
terjadi saat ini sepertinya memang mewajibkan Indonesia untuk melakukan
pembangunan orientasi ke luar karena dinilai lebih efektif. Selain itu,
pemenuhan kebutuhan juga tidak sepenuhnya dapat dipenuhi oleh negara Indonesia
secara mandiri. Oleh sebab itu, pembangunan Indonesia dengan orientasi ke luar
secara otomatis membuka jalan bagi Indonesia untuk memperbaiki perekonomian
karena mustahil pada saat sekarang ini Indonesia mampu memenuhi kebutuhan
secara berdikari. Sedangkan disisi lain, tidak mungkin sebuah negara, bahkan
negara adidaya sekalipun, mampu memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bergantung
atau bekerjasama dengan negara lain. Peggunaan orientasi ke luar sebagai
tuntutan era globalisasi juga tidak sepeuhnya menguntungkan Indonesia karena
hal tersebut secara tidak langsung juga membuat penghargaan terhadap produk
lokal menjadi berkurang bahkan tidak ada sama sekali.
REFERENSI
Mas’oed, Mochtar. 1989. Stabilisasi dan pembangunan
ekonomi yang berorientasi ke luar, dalam ekonomi dan struktur politik Orde Baru
1966-1971. Jakarta: LP3ES. Pp: 59-126
No comments:
Post a Comment