Tuesday, April 11, 2017

Era Pembangunan Indonesia di Masa Orde Lama dan Orde Baru

Era Pembangunan Indonesia di Masa Orde Lama dan Orde Baru
Pembangunan yang terjadi di Indonesia secara signifikan dapat terlihat setelah Indonesia merdeka dan lepas dari kungkungan penjajah sehingga bangsa ini pun dengan bebas mampu sedikit demi sedikit membangun bangsa yang telah berabad-abad ditindas.  Pembangunan yang dilakukan oleh pendahulu kita, dilakukan untuk memajukan Indonesia. Akan tetapi, perjuangan yang dilakukan untuk membangun Indonesia tidak berjalan tanpa ada hambatan. Pembangunan tersebut mengalami berbagai transformasi, perkembangan, hingga dinamika sejak masa pemerintahan presiden pertama, Soekarno, hingga di era reformasi. Tiap-tiap pemimpin yang memerintah bangsa Indonesia memiliki cara tersendiri yang ditempuh dalam rangka membentuk orientasi pembangunan di Indonesia.
            Dimulai saat masa kepemimpinan Presiden Soekarno yang lebih mengedepankan orientasi pembangunan ke dalam. Presiden Soekarno, seperti yang telah diketahui dari pembahasan sebelumnya, merupakan pemimpin yang dapat dikatakan menutup jalan bagi negara asing untuk memasuki bangsa Indonesia dalam berbagai aspek. Sikap Sukarno tersebut semestinya membawa Indonesia menjadi mandiri dan berdiri pada kaki sendiri (berdikari). Dalam kacamata Sukarno, membangun Indonesia secara sosialis merupakan cara yang terbaik karena dengan diterapkannya pembangunan Indonesia secara sosialis, maka peranan modal asing akan mustahil menjadi penting. Secara tegas, Presiden Soekarno memilih menerapkan sistem pembangunan secara sosialis dibandingkan dengan sistem pembangunan kapitalis yang semestinya juga dapat dijadikan pertimbangan dalam pembangunan Indonesia. Cara yang dipilih oleh Presiden Soekarno ternyata menimbulkan kekecewaan karena jalan yang dipilih beliau untuk membangun Indonesia dengan orientasi kedalam justru membuat masyarakat Indonesia mengalami masalah yang salah satunya adalah krisis ekonomi.
            Munculnya berbagai kekecewaan terhadap jalan yang ditempuh oleh Sukarno tidak hanya datang dari masyarakat semata, namun juga terlontar kritikan-kritikan terhadap keijakan sosialis Sukarno dari guru besar Universitas Indonesia yang merupakan perwujudan kekecewaan mereka. Menurut para guru besar yang mengkritik Sukarno, terdapat kelalaian yang dilakukan Sukarno di masa pemerintahannya sehingga kelalaian itu ka tidak hanya mengakibatkan krisis inflasi dan defisit neraca pembayaran yang sedang melanda ekonomi Indonesia, tetapi juga memperburuk situasi keterbelakangan dan ketergantungan (Mas’oed, 1989:63).
            Segala kebijakan dan sistem yang telah dipergunakan Sukarno untuk memangun Indonesia pada masa pemerintahanny pun segera berakhir seiring dengan bergantinya pemimpin Indonesia menjadi Suharto. Di masa pemerintahannya, Suharto tanpa sungkan menggeser dan menggantikan prinsip berdikari yang telah dipergunakan untuk membangun Indonesia. Ketika itu, orientasi yang diusung oleh Suharto adalah orientasi pembangunan ke luar yang membuka peluang bagi bangsa asing untuk menanamkan modal di Indonesia. Fokus Presiden Suharto ketika itu ialah untuk mengembalikan dan menstabilkan perekonomian Indonesia, sehingga beliau percaya bahwa strategi yang paling baik untuk menstabilkan keadaan ekonomi di Indonesia saat itu adalah dengan memungkinkan swasta berperan aktif dalam pasar bebas (Mas’oed, 1989: 61). Kesenjangan devisa pada saat itu harus ditutup dan tidak ada cara lain selain mencari sumber-sumber pinjaman yang ada yaitu pinjaman ke Barat dan Jepang. Selain itu, pembangunan jangka panjang yang harus dilakukan oleh Indonesia memerlukan dana bantuan dari luar negeri karena itu penanaman modal asing di Indonesia dibutuhkan (Mas’oed, 1989: 67).
            Pasca reformasi, nampaknya orientasi yang digunakan untuk pembangunan Indonesia masih terpengaruhi warisan dari Suharto, yaitu orientasi pembangunan ke luar. Hal tersebut tidak serta merta dilakukan tanpa alasan. Kondisi global yang terjadi saat ini sepertinya memang mewajibkan Indonesia untuk melakukan pembangunan orientasi ke luar karena dinilai lebih efektif. Selain itu, pemenuhan kebutuhan juga tidak sepenuhnya dapat dipenuhi oleh negara Indonesia secara mandiri. Oleh sebab itu, pembangunan Indonesia dengan orientasi ke luar secara otomatis membuka jalan bagi Indonesia untuk memperbaiki perekonomian karena mustahil pada saat sekarang ini Indonesia mampu memenuhi kebutuhan secara berdikari. Sedangkan disisi lain, tidak mungkin sebuah negara, bahkan negara adidaya sekalipun, mampu memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bergantung atau bekerjasama dengan negara lain. Peggunaan orientasi ke luar sebagai tuntutan era globalisasi juga tidak sepeuhnya menguntungkan Indonesia karena hal tersebut secara tidak langsung juga membuat penghargaan terhadap produk lokal menjadi berkurang bahkan tidak ada sama sekali.
REFERENSI
Mas’oed, Mochtar. 1989. Stabilisasi dan pembangunan ekonomi yang berorientasi ke luar, dalam ekonomi dan struktur politik Orde Baru 1966-1971. Jakarta: LP3ES. Pp: 59-126


No comments:

Post a Comment