Tuesday, April 11, 2017

Globalisasi: Antara Perlawanan dan Solidaritas

Tidak hanya muncul sebagai sebuah fenomena yang memunculkan beragam hal-hal baru dalam perkembangan dunia, globalisasi juga menimbulkan perubahan dan perkembangan dalam berbagai bidang. Global solidarity atau solidaritas global merupakan satu hal yang berkembang dalam globalisasi. Sebelum mengenal adanya solidaritas global, terdapat suatu fenomena lama yang dikenal dengan sebutan internationalization atau internasionalisme. Menurut pengertian dari kaum liberal dan sosialis, internasionalisasi lama merupakan suatu universalisasi yang disertai dengan universalisme dalam bidang politik atau etis dimana keduanya dapat dikatakan sebagai bentuk dari westernisasi (Waterman 2001, 199). Selain itu, nilai-nilai yang diimplementasikan dari internasionalisasi lama merupakan model, aspirasi dan utopia yang ditawarkan atau dipaksakan di seluruh belahan dunia dimana didalamnya masih terdapat prioritas akan suatu struktur sosial tertentu (Waterman 2001, 199).  Waterman (2001) dalam artikelnya yang berjudul Conclusion: Globalization. Civil Society, Solidarity, mengkritik internasionalisme lama dimana hal tersebut dirasa tidak relevan karena hanya menimbulkan solidaritas di dalam sebagian kelompok masyarakat global. 

Globalisasi kerap diidentikkan sebagai suatu tingkatan yang paling tinggi dari imperialisme. Namun menurut Waterman (2001), globalisasi merupakan suatu fenomena yang ditentukan melalui banyak aspek seperti ekonomi, industrialisasi, organisasi, keamanan, budaya dan lainnya. Melalui aspek-aspek tersebut kemudian lahir gerakan-gerakan sosial yang terjadi secara lokal, nasional, dan terus berlanjut ke tingkat internasional. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa globalisasi yang telah menyentuh segala sendi kehidupan kemudian menyebarkan seluruh hal yang berkaitan dengan globalisasi tersebut baik hal baru maupun hal yang mengalami perubahan ke seluruh dunia. Salah satu contohnya adalah kapitalisme yang dampaknya dapat dirasakan oleh seluruh individu. Dampak yang dihasilakan tersebut kemudian menghasilkan beragam tanggapan yang dapat digolongkan menjadi tiga yaitu celebration, rejection, dan critique (Waterman 2001, 211). Celebration merupakan suatu tanggapan positif terhadap globalisasi, seperti individu yang merupakan konsumen dari produk-produk globalisasi, mereka dengan senang hati menggunakan apa yang dihadirkan oleh globalisasi. Tanggapan kedua yaitu rejection yang merupakan tanggapan yang menolah aspek-aspek yang dihadirkan oleh globalisasi karena menimbulkan pengaruh terhadap nilai-nilai yang dimiliki oleh kelompok-kelompok tertentu. Sedangkan critique atau alternatif merupakan tanggapan dari kelompok-kelomoom yang tidak terikat dalam globalisasi.

Walaupun ketiga tanggapan tersebut jauh berbeda satu sama lain, namun ketiga tanggapan tersebut saling mempengaruhi satu sama lain dimana pada saat yang bersamaan terdapat individu yang merupakan konsumen globalisasi namun juga mengkritik globalisasi (Waterman 2001, 211). Menurut Waterman (2001), banyaknya tanggapan dari individu membuat globalisasi yang terjadi saat ini tidak hanya memicu demokrasi namun juga memicu terbentuknya sistem otoriter, militeristik, dan apokalips. Pergerakan-pergerakan tersebut kemudian menghasilkan suatu bentuk budaya global baru yang memperjuangkan perdamaian, hak asasi manusia, dan ekologi. Perkembangan tersebut kemudian juga menurunkan peran negara dalam mengembangkan hal-hal yang diperjuangkan tersebut serta meningkatkan peran dari non-government organization karena mampu mengatasi dan mengembangkan bidang-bidang yang diperjuangkan tersebut. Inilah yang menunjukkan pertumbuhan masyarakat sipil global telah semakin signifikan ketika telah terbentuk kontituensi hubungan antara organisasi antarnegara terutama organisasi yang berbentuk NGO.

Berkembangnya globalisasi menyebabkan mengaburnya batas teritorial sehingga kini masyarakat sipil global bergerak kearah pembentukan penduduk global. Terbentuknya penduduk global ini dapat dilihat melalui terbentuknya komunitas regional seperti Uni Eropa yang mendukung terbentuknya kedaulatan global yang memicu lahirmya kebudayaan baru yaitu demokrasi kosmopolitan. Perubahan dari bidang industrial menuju kapitalisme informasi telah banyak membentuk dunia kedalam suatu universalisme solidaritas global. Fenomena sosial juga dapat kita lihat dalam pergerakkan buruh, oleh karena itu dalam memahami solidaritas global kita dapat melihat dari bidang kapital dan gaji buruh. Peter Waterman (2001) menjelaskan dalam era kontemporer saat ini terjadi sebuah transformasi dalam kapital global dan gaji buruh yang disebabkan oleh dua kunci utama, yaitu pengetahuan dan informasi. Dengan adanya perkembangan teknologi ini terjadi pengurangan pada permintaan total terhadap buruh, terjadi pergantian dalam kontrol proses buruh dari operator mesin menjadi teknisi, dari produksi menjadi jasa, dan dengan mulai adanya desentralisasi produksi. Melalui peristiwa tersebut, Waterman (2001), kemudian menyatakan bahwa terdapat tiga pengertian dari solidaritas yang terjadi saat ini.Pertama, solidaritas yang terbentuk secara positif dengan nilai-nilai persamaan, kebebasa, perdamaian, toleransi, dan tindakan emansipatori. Kedua, solidaritas merupakan hubungan antar manusia yang terhubung satu sama lain melalui media seperti negara, pasar, atau organisasi birokratik. Ketiga, solidaritas dapat diartikan sebagai suatu proses negosiasi perbedaan atau pembentukan identitasndari pemikiran yang tradisional menjadi solidaritas sebagai suatu komunitas. 

Solidaritas internasional kemudian dikenal dengan nama Identitym Subtitution, Complementary, Reciprocity, Affinity, dan Restitution atau yang disingkat menjadi ISCRAR dimana nilai-nilai yang terkandung di dalamnya merupakan nilai yang mendorong terjadinya solidaritas internasional. Identity merupakan identitas dari kelompok-kelompok kecil yang kemudian bersatu untuk melawan penindas seperti kapitalis atau imperialis. Lalu subtitution merupakan suatu tindakan yang ikut memperjuangkan nilai-nilainyang diperjuangkan kelompok yang lemah. Sedangkan complementary merupakan suatu kekurangan dalam ketentuan yang diinginkan. Selanjutnya reciprocity merupakan rasa saling peduli, melindungi, dan mendukung. Affinity merupakan suatu rasa saling mengapresiasi yang kemudian membentuk rasa saling menghormati dan mendukung. Terakhir, restitution yang merupakan salah satu bentuk solidaritas atas masa lalu (Waterman 2001, 235-336).

Dengan demikian, perbedaan dari internasionalisme sebelum abad ke 21 dan setelah abad ke 21 disebabkan karena berkembangnya nilai-nilai baru seperti Non-Governmental Organization. Saat ini, dalam era kontemporer telah terbentuk resistensi sosial baru dimana internasionalisme atau solidaritas global bukanlah sekedar sebuah internasionalisme yang mewakili liberalism atau marxisme saja yang hanya menekankan internasionalisme sebagai sebuah westernisasi. Selain itu, Solidaritas saat ini berada di wilayah tanpa batas dimana masing-masing individu kemudian membentuk suatu masyarakat global sehingga akan terbentuk masyarakat global yang mendukung terbentuknya budaya kosmopolitan dengan toleransi yang besar satu sama lain, dimana agen yang sangat berperan dalam pembentukan solidaritas global era kontemporer saat ini adalah Non-Governmental Organization (NGO), sedangkan peran negara dalam hal ini semakin melemah. Sehingga dalam perkembanganya, Non-Governmental Organization serta perkembangan tekonologi dan informasi memiliki peran yang penting. Menurut penulis, adanya kapitalisme global yang didorong oleh kemajuan teknologi dan informasi serta internasionalisme membuat perjuangan ideologi memiliki derajat relevansi yang kecil dalam globalisasi.Mengingat globalisasi telah membawa masyarakat negara menjadi masyarakat global yang saling memahami satu sama lain dalam perbedaan-perbedaan yang ada termasuk dalam ideologi. Mengenai adanya revolusi, dalam era globalisasi bukannya tidak mungkin hal tersebut akan terjadi. Akan tetapi penulis disini menyangsikan akan peluang terjadinya revolusi, sebab segala sesuatu pada era ini telah didasari dengan solidaritas dan pemahaman untuk saling menghargai dibawah naungan globalisasi.

REFERENSI
Waterman, Peter. 2001. "Conclusion: Globalization. Civil Society, Solidarity", dalam Globalization, Social Movements and the New Internationalisms. London: Continuum.


No comments:

Post a Comment