Tidak hanya muncul sebagai sebuah fenomena yang
memunculkan beragam hal-hal baru dalam perkembangan dunia, globalisasi juga
menimbulkan perubahan dan perkembangan dalam berbagai bidang. Global solidarity
atau solidaritas global merupakan satu hal yang berkembang dalam globalisasi.
Sebelum mengenal adanya solidaritas global, terdapat suatu fenomena lama yang
dikenal dengan sebutan internationalization atau internasionalisme. Menurut
pengertian dari kaum liberal dan sosialis, internasionalisasi lama merupakan
suatu universalisasi yang disertai dengan universalisme dalam bidang politik
atau etis dimana keduanya dapat dikatakan sebagai bentuk dari westernisasi
(Waterman 2001, 199). Selain itu, nilai-nilai yang diimplementasikan dari
internasionalisasi lama merupakan model, aspirasi dan utopia yang ditawarkan
atau dipaksakan di seluruh belahan dunia dimana didalamnya masih terdapat
prioritas akan suatu struktur sosial tertentu (Waterman 2001, 199).
Waterman (2001) dalam artikelnya yang berjudul Conclusion: Globalization. Civil
Society, Solidarity, mengkritik internasionalisme lama dimana hal tersebut
dirasa tidak relevan karena hanya menimbulkan solidaritas di dalam sebagian
kelompok masyarakat global.
Globalisasi kerap diidentikkan sebagai suatu
tingkatan yang paling tinggi dari imperialisme. Namun menurut Waterman (2001),
globalisasi merupakan suatu fenomena yang ditentukan melalui banyak aspek
seperti ekonomi, industrialisasi, organisasi, keamanan, budaya dan lainnya.
Melalui aspek-aspek tersebut kemudian lahir gerakan-gerakan sosial yang terjadi
secara lokal, nasional, dan terus berlanjut ke tingkat internasional. Tidak
dapat dipungkiri lagi bahwa globalisasi yang telah menyentuh segala sendi
kehidupan kemudian menyebarkan seluruh hal yang berkaitan dengan globalisasi
tersebut baik hal baru maupun hal yang mengalami perubahan ke seluruh dunia.
Salah satu contohnya adalah kapitalisme yang dampaknya dapat dirasakan oleh
seluruh individu. Dampak yang dihasilakan tersebut kemudian menghasilkan
beragam tanggapan yang dapat digolongkan menjadi tiga yaitu celebration, rejection,
dan critique (Waterman 2001, 211). Celebration merupakan suatu tanggapan
positif terhadap globalisasi, seperti individu yang merupakan konsumen dari
produk-produk globalisasi, mereka dengan senang hati menggunakan apa yang
dihadirkan oleh globalisasi. Tanggapan kedua yaitu rejection yang merupakan
tanggapan yang menolah aspek-aspek yang dihadirkan oleh globalisasi karena
menimbulkan pengaruh terhadap nilai-nilai yang dimiliki oleh kelompok-kelompok
tertentu. Sedangkan critique atau alternatif merupakan tanggapan dari
kelompok-kelomoom yang tidak terikat dalam globalisasi.
Walaupun ketiga tanggapan tersebut jauh berbeda satu
sama lain, namun ketiga tanggapan tersebut saling mempengaruhi satu sama lain
dimana pada saat yang bersamaan terdapat individu yang merupakan konsumen
globalisasi namun juga mengkritik globalisasi (Waterman 2001, 211). Menurut
Waterman (2001), banyaknya tanggapan dari individu membuat globalisasi yang
terjadi saat ini tidak hanya memicu demokrasi namun juga memicu terbentuknya
sistem otoriter, militeristik, dan apokalips. Pergerakan-pergerakan tersebut
kemudian menghasilkan suatu bentuk budaya global baru yang memperjuangkan
perdamaian, hak asasi manusia, dan ekologi. Perkembangan tersebut kemudian juga
menurunkan peran negara dalam mengembangkan hal-hal yang diperjuangkan tersebut
serta meningkatkan peran dari non-government organization karena mampu
mengatasi dan mengembangkan bidang-bidang yang diperjuangkan tersebut. Inilah
yang menunjukkan pertumbuhan masyarakat sipil global telah semakin signifikan
ketika telah terbentuk kontituensi hubungan antara organisasi antarnegara
terutama organisasi yang berbentuk NGO.
Berkembangnya globalisasi menyebabkan mengaburnya
batas teritorial sehingga kini masyarakat sipil global bergerak kearah
pembentukan penduduk global. Terbentuknya penduduk global ini dapat dilihat
melalui terbentuknya komunitas regional seperti Uni Eropa yang mendukung
terbentuknya kedaulatan global yang memicu lahirmya kebudayaan baru yaitu
demokrasi kosmopolitan. Perubahan dari bidang industrial menuju kapitalisme
informasi telah banyak membentuk dunia kedalam suatu universalisme solidaritas
global. Fenomena sosial juga dapat kita lihat dalam pergerakkan buruh, oleh
karena itu dalam memahami solidaritas global kita dapat melihat dari bidang
kapital dan gaji buruh. Peter Waterman (2001) menjelaskan dalam era kontemporer
saat ini terjadi sebuah transformasi dalam kapital global dan gaji buruh yang
disebabkan oleh dua kunci utama, yaitu pengetahuan dan informasi. Dengan adanya
perkembangan teknologi ini terjadi pengurangan pada permintaan total terhadap
buruh, terjadi pergantian dalam kontrol proses buruh dari operator mesin
menjadi teknisi, dari produksi menjadi jasa, dan dengan mulai adanya
desentralisasi produksi. Melalui peristiwa tersebut, Waterman (2001), kemudian
menyatakan bahwa terdapat tiga pengertian dari solidaritas yang terjadi saat
ini.Pertama, solidaritas yang terbentuk secara positif dengan nilai-nilai
persamaan, kebebasa, perdamaian, toleransi, dan tindakan emansipatori. Kedua,
solidaritas merupakan hubungan antar manusia yang terhubung satu sama lain
melalui media seperti negara, pasar, atau organisasi birokratik. Ketiga,
solidaritas dapat diartikan sebagai suatu proses negosiasi perbedaan atau
pembentukan identitasndari pemikiran yang tradisional menjadi solidaritas
sebagai suatu komunitas.
Solidaritas internasional kemudian dikenal dengan
nama Identitym Subtitution, Complementary, Reciprocity, Affinity, dan
Restitution atau yang disingkat menjadi ISCRAR dimana nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya merupakan nilai yang mendorong terjadinya solidaritas
internasional. Identity merupakan identitas dari kelompok-kelompok kecil yang
kemudian bersatu untuk melawan penindas seperti kapitalis atau imperialis. Lalu
subtitution merupakan suatu tindakan yang ikut memperjuangkan nilai-nilainyang
diperjuangkan kelompok yang lemah. Sedangkan complementary merupakan suatu
kekurangan dalam ketentuan yang diinginkan. Selanjutnya reciprocity merupakan
rasa saling peduli, melindungi, dan mendukung. Affinity merupakan suatu rasa
saling mengapresiasi yang kemudian membentuk rasa saling menghormati dan
mendukung. Terakhir, restitution yang merupakan salah satu bentuk solidaritas
atas masa lalu (Waterman 2001, 235-336).
Dengan demikian, perbedaan dari internasionalisme
sebelum abad ke 21 dan setelah abad ke 21 disebabkan karena berkembangnya
nilai-nilai baru seperti Non-Governmental Organization. Saat ini, dalam era
kontemporer telah terbentuk resistensi sosial baru dimana internasionalisme
atau solidaritas global bukanlah sekedar sebuah internasionalisme yang mewakili
liberalism atau marxisme saja yang hanya menekankan internasionalisme sebagai
sebuah westernisasi. Selain itu, Solidaritas saat ini berada di wilayah tanpa
batas dimana masing-masing individu kemudian membentuk suatu masyarakat global
sehingga akan terbentuk masyarakat global yang mendukung terbentuknya budaya
kosmopolitan dengan toleransi yang besar satu sama lain, dimana agen yang
sangat berperan dalam pembentukan solidaritas global era kontemporer saat ini
adalah Non-Governmental Organization (NGO), sedangkan peran negara dalam hal
ini semakin melemah. Sehingga dalam perkembanganya, Non-Governmental
Organization serta perkembangan tekonologi dan informasi memiliki peran
yang penting. Menurut penulis, adanya kapitalisme global yang didorong oleh
kemajuan teknologi dan informasi serta internasionalisme membuat perjuangan
ideologi memiliki derajat relevansi yang kecil dalam globalisasi.Mengingat
globalisasi telah membawa masyarakat negara menjadi masyarakat global yang
saling memahami satu sama lain dalam perbedaan-perbedaan yang ada termasuk
dalam ideologi. Mengenai adanya revolusi, dalam era globalisasi bukannya tidak
mungkin hal tersebut akan terjadi. Akan tetapi penulis disini menyangsikan akan
peluang terjadinya revolusi, sebab segala sesuatu pada era ini telah didasari
dengan solidaritas dan pemahaman untuk saling menghargai dibawah naungan
globalisasi.
REFERENSI
Waterman, Peter. 2001. "Conclusion:
Globalization. Civil Society, Solidarity", dalam Globalization, Social
Movements and the New Internationalisms. London: Continuum.
No comments:
Post a Comment