Tuesday, April 11, 2017

Teori - Globalisasi Beserta Tata Kelola Strategi dalam Kajian Ilmu Hubungan Internasional


 Mungkin kata globalisasi sudah bukan hal asing bagi telinga kita sehingga fenomenanya pun tidak lagi mempengaruhi aspek kehidupah seperti gaya hidup maupun cara berfikir. Akan tetapi, bukan berarti globalisasi maupun fenomenanya tidak memiliki dampak. Justru fenomena globalisasi ini memiliki dampak yang bersifat lanjutan sehingga akan terjadi terus menerus dan dikhawatirkan hal tersebut dapat mempengaruhi kedaulatan suatu negara bahkan dapat menghancurkannya. Dalam tulisannya yang berjudul “Globalization and the Transformation of Political Community” Andrew Linklater (2001) menjelaskan bahwasannya bukanlah suatu hal yang tidak wajar jika dewasa ini banyak ditemukan berbagai macam komunitas baru. Komunitas tersebut terbagi atas beberapa macam, yaitu komunitas lokal (kelompok persaudaraan), komunitas nasional (negara-bangsa), komunitas internasional (organisasi-organisasi non-pemerintahan), dan komunitas vitual yang merupakan dampak dari berkembangnya tekhnologi. Oleh sebab itu, Fukuyama berpendapat bahwasannya hal tersebut kemudian akan menghadirkan suatu kajian baru yang tidak kalah pentingnya dengan eksistensi negara sebagai salah satu objek kajian paling penting dalam studi mengenai globalisasi (Weber, 2005:104).
 Kemunculan globalisasi beserta fenomenanya memunculkan berbagai perdebatan yang sebenarnya diawali dari satu kata yaitu aktor. Aktor utama yaitu aktor negara pada kenyataannya bukanlah aktor yang mendominasi fenomena globalisasi. Justru eksistensi aktor negara digantikan oleh aktor non-negara. Hal ini dibuktikan dengan berkembangnya MNC yang juga memberikan dampak bagi perkembangan globalisasi. Terus berkembangnya zaman, sitambah lagi dengan adanya fenomena globalisasi membuat teori tradisional dalam Ilmu Hubungan Internasional dinggap sudah tidak lagi mampu menjelaskan fenomena globalisasi serta fenomena-fenomena lain yang semakin rumit. Sehingga muncullan perspektof baru atau yang biasa disebut dengan perspektof alternatif.
 Terdapat tiga pendekatan yang bisa dikatakan cocok dengan isu-isu yang datang bersama fenomena globalisasi, yaitu cosmopolitanism, communitarianism, danpostmodernism (Linklater, 2001). Pendekatan pertama adalah cosmopolitanism, dimana pendekatan ini mempercayai bahwasannya untuk bertahan dalam arus globalisasi diperlukan adanya suatu sistem internasional yang mampu memberikan penghargaan setinggi-tingginya pada kesetaraan individu. Pendekatan yang kedua adalah communitarianism yang berasumsi bahwa sebagian besar orang atau masyarakat dunia pasti menyisipkan kepentingan individunya masing-masing dalam komunitas dimana mereka berada, sehingga yang terjadi adalah ketidakmurniaan kepentingan kelompok dalam menguntungkan seluruh anggotanya. Pendekatan yang ketiga adalah postmodernisme, yang berasumsi bahwa seluruh komunitas dengan bentuk apapun beresiko untuk mendominasi kehidupan bermasyarakat sehingga memiliki potensi yang cukup berbahaya (Baylis & Smith, 2001:629-631). Akan tetapi, ketiga pendekatan tersebut dirasa kurang berguna untuk mengahdapi isu globalisasi karena setelah ditinjau ulang, ketiga pendekatan tersebut memiliki kesamaan dengan perspektif mainstream yang terdapat dalam Ilmu Hubungan Internasional karena sering berdebat serta mengkritisi antara satu pendekatan dengan pendekatan lainnya tanpa ada usaha untuk memperbaiki diri.
 Bagai angin segar, Lake dan Powell (1999) menawarkan pendekatan baru dalam Ilmu Hubungan Internasional yang diyakini mampu menyatukan perbedaan yang terdapat pada perspektif-perspektif sebelumnya. Pendekatan berbasis strategic choicemencangkup tiga elemen prinsip dasar. Pertama, menganalisa interaksi antara dua kator atau lebih dan kemudian menjelaskan bagaimana interaksi-interaksi tersebut bisa terungkap. Kedua, menyelenggarakan riset pada interaksi strategis dengan cara memahami dan mengenali aktor dan lingkungannya sebagai dasar dari penelitian untuk menganalisis masalah yang strategis. Ketiga, pendekatan metedologi untuk menetapkan metedologi mana guna menunjukan apa yang akan dibuktikan agar menjadi cara berfikir yang produktif tentang interaksi strategis. Pendekatan ini ingin mematahkan paradigma dunia yang telah terlanjur bersikap pragmatis dalam menyikapi konstruksi teori adalah hal yang mampu menjawab segala pertanyaan  (Lake & Powell, 1999:4).
 Tidak berhenti sampai disitu, Airlangga School of Thought juga mengembangkan hal tersebut karena lulusan jurusan Ilmu Hubungan Internasional dituntut untuk menjadi seorang yang global strategist yang dengan empat kompetensi dasar utama yaitu kemampuan dasar analisis, komunikasi, negoisasi, dan manajerial (Departemen Hubungan Internasional Airlangga dalam Road Map Studi Hubungan Internasional). Hal tersebut direalisasikan dengan disusun dan diajarkannya mata kuliah Strategi dan Tata Kelola Strategi (STKS) yang bertujuan untuk membentuk seorang yang strategis dalam berpikir dan bertindak.

REFERENSI
Dugis, Vinsensio. 2013. “Strategic Choice Partnership in Asymmetric Globalized Power-Relationship”. Materi kuliah disampaikan pada kuliah Teori Hubungan Internasional. 13 Juni 2013
Lake, David A. & Powell, Robert, 1999. International Relations: A Strategic-Choice Approach, in; David A. Lake & Robert Powell (eds.), Strategic Choice and International Relations, Princeton University Press, pp. 3-38.
Departemen Hubungan Internasional Airlangga. 2005. 2005-2020 Road Map Studi Hubungan Internasional Universitas Airlangga.
Linklater, Andrew, 2001. Globalization and the transformation of political community, in; John Baylis & Steve Smith (eds.) The Globalization of World Politics, 2ndedition, Oxford, pp. 617-633.
Weber, Cynthia, 2005. International Relations Theory, A Critical Introduction,Routledge, Chap. 6 pp. 103-122.


No comments:

Post a Comment