Monday, April 17, 2017

Identitas Nasional dan Kultur Sebagai Alat Analisis Kebijakan Luar Negeri

Identitas Nasional dan Kultur Sebagai Alat Analisis Kebijakan Luar Negeri


Setelah kaum realis dan kaum liberalis masing-masing hadir dengan analisis kebijakan luar negeri pada tingkat individu dan tingkat kelompok, kaum konstruktivis pun hadir dengan analisis kebijakan luar negeri pada tingkat identitas nasional dan kultur. Identitas nasional dan kultur dianggap penting untuk mendukung analisis kebijakan luar negeri oleh karena keduanya berkaitan dengan kepentingan nasional. Dalam konteks kebijakan luar negeri, identitas nasional akan menghasilkan suatu struktur sosial yang baik secara langsung maupun tidak dapat mempengaruhi proses perumusan dan pemutusan kebijakan luar negeri. Sementara di sisi lain, kultur akan bertindak sebagai penentu reaksi dari kebijakan luar negeri yang telah dirumuskan dan diputuskan (Clunan, 2009: 5). Sehingga secara umum dapat dipahami bahwa pihak yang merumuskan dan memutuskan suatu kebijakan luar negeri akan mempertimbangkan soal identitas nasional dan kultur yang ada di negaranya.
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai hubungan antara identitas nasional dan kultur dengan kebijakan luar negeri, kiranya diperlukan untuk memahami makna dari identitas nasional dan kultur itu sendiri. Terdapat banyak sekali definisi dari apa yang dinamakan dengan identitas nasional. Namun dengan mudah identitas nasional dapat dimaknai sebagai hal yang membedakan ataupun menjadi ciri khas suatu negara dengan negara lainnya. Identitas nasional diyakini merupakan hasil kolaborasi antara tradisi sejarah dan kebiasaan yang berkembang semenjak masa lalu dengan afeksi sikap individu selama masa perkembangan tersebut. Lebih lanjut, kaum konstruktivis memandang identitas nasional dibentuk berawalkan dari self-esteem yang dipengaruhi oleh keadaan eksternal, kemudian mencakup beberapa individu sehingga menjadi collective self-esteem, yang kemudian mencakup komunitas yang lebih luas lagi dan terbentuklah national self image (Clunan, 2009: 24). Dalam praktiknya, national self image direpresentasikan oleh aktor yang membawa nama negaranya di kancah internasional, baik dalam konteks hubungan diplomatik maupun hubungan non-diplomatik dengan negara lain. Adapun kultur merupakan suatu hal yang tidak terlepaskan dengan identitas nasional. Dikatakan demikian oleh karena kultur adalah hasil dari proses berkelanjutan dari dinamika sosial yang berkembang di masyarakat, yang perkembangannya tersebut sudah dimulai semenjak masa lalu pula, serupa dengan identitas nasional. Kultur juga dapat dipahami sebagai konsep yang memuat identitas yang satu dan keberadaannya mempengaruhi berbagai aspek kehidupan seperti halnya politik sehingga berpengaruh pula pada kebijakan luar negeri suatu negara. Namun yang perlu ditekankan dalam konteks kebijakan luar negeri, kultur yang dimaksud dalam konteksi ini adalah kultur yang bukan keseluruhan melainkan sifatnya potongan yang hanya bertindak sebagai respon dari masyarakat terhadap kebijakan luar negeri itu sendiri (Hudson, 1999: 768). Berdasarkan makna dari identitas nasional dan kultur tersebut kemudian dapat dipahami bahwasanya setiap negara memiliki identitas nasional yang berbeda-beda sehingga akan menghasilkan kebijakan luar negeri yang berbeda pula. Bilapun kebijakan luar negeri yang dirumuskan dan diputuskan adalah sama antara satu negara dengan yang lainnya, respon dari masyarakat masing-masing negara belum tentu sama, oleh karena keberadaan kultur yang berbeda.
Adapun secara lebih spesifik, hubungan di antara identitas nasional juga kultur dengan kepentingan nasional – utamanya yang diimplementasikan melalui kebijakan luar negeri – adalah bersifat kontijensi sejarah. Dikatakan demikian oleh karena kepentingan nasional utamanya yang diimplementasikan melalui kebijakan luar negeri bersumber pada aspirasi, dan aspirasi kiranya akan selalu terpengaruh oleh kejadian-kejadian di masa lalu (sejarah). Selain itu, dikatakan pula sebagai sebuah kontijensi oleh karena pada kenyataannya, manusia sebagai sumber aspirasi akan terus menghasilkan legitimasi mereka dan memodifikasi legitimasi yang sudah pernah dihasilkan sebelumnya, seiring dengan perkembangan yang terus berjalan. Berdasarkan hal tersebut dapat dipahami bahwasanya keberadaan identitas nasional dan kultur dalam analisis kebijakan luar negeri sedikit banyak menunjukkan bahwa kebijakan luar negeri bagaimanapun akan bergantung pada sejarah dan kebiasaan masa lalu, walaupun di sisi lain juga turut “patuh” pada perubahan yang ditemukan pada masyarakat pada masa kekinian (Clunan, 2009: 13). Kehadiran identitas nasional dan kultur untuk dimanfaatkan dalam analisis kebijakan luar negeri dinilai dapat menjawab dan menjelaskan hal-hal yang tidak dapat dijawab dan dijelaskan oleh analisis kebijakan luar negeri pada tingkat individu (rasionalitas pemimpin) ataupun kelompok, namun dengan catatan dalam kebijakan luar negeri jangka pendek. Perlu diketahui pula bahwasanya identitas nasional dan kultur adalah bukan merupakan dua hal yang menyebabkan kebijakan luar negeri, melainkan hadir untuk menjawab dan menjelaskan pertanyaan yang berbunyi atas dasar apa suatu kebijakan luar negeri diputuskan.
Berdasarkan penjabaran tersebut kemudian dapat diketahui bahwa identitas nasional dan kultur merupakan dua hal yang dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk menganalisis kebijakan luar negeri suatu negara. Dikatakan demikian oleh karena identitas nasional dan kultur berkaitan dengan kepentingan nasional. Di sisi lain, identitas nasional dan kultur juga berkaitan dengan sejarah, dan diketahui bahwasanya kepentingan nasional sedikit banyak berkaitan dengan sejarah dan kebiasaan di masa lalu. Alasan lain dari mengapa memanfaatkan identitas nasional dan kultur untuk menganalisis kebijakan luar negeri adalah karena sifat dari kedua hal tersebut yang relatif fleksibel. Sehingga meskipun berkaitan erat dengan sejarah, namun juga tidak kaku ataupun resisten terhadap keadaan masa kekinian.
Referensi:
Clunan, Anne L. (2009). The Social Construction of Russia’s Resurgence: Aspirations, Identity, and Security Interests. Maryland: The Johns Hopkins University Press. [PDF].
Hudson, Valerie M. (1999). “Cultural Expectations of One’s Own and Other Nations’ Foreign Policy Action Templates”, in Political Psychology Vol. 20 no. 4. [PDF].


No comments:

Post a Comment