PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Berfikir merupakan hal yang selalu dilakukan oleh
manusia, dan berpikir pula merupakan keistimewaan yang diberikan oleh Allah
SWT. kepada kita manusia. Akal yang diberikan oleh-nya merupakan suatu pembeda
antara kita dengan makhluk lainnya.
Filsafat merupakan suatu upaya berfikir yang jelas dan
terang tentang seluruh kenyataan, filsafat dapat mendorong pikiran kita untuk
meraih kebenaran yang dapar membawa manusia kepada pemahaman, dan pemahaman
membawa manusia kepada tindakan yang lebih layak.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apakah Pengertian
Filsafat?
2. Apakah Objek
Filsafat?
3. Apakah Metode
Filsafat?
4. Apakah Peranan,
Tujuan, dan Manfaat Filsafat?
1.3 Tujuan
Penulisan
1. Memenuhi tugas mata
kuliah filsafat umum
2. Mempelajari dan
Mengetahui apa itu Filsafat
3. Menambah
pengetahuan baru tentang Filsafat
4. Mengetahui apa
objek, tujuan, dan manfaat dari Filsafat
1.4 Pembatasan
Masalah
Dalam hal ini, akan dibahas mengenai apa yang menjadi
objek filsafat. Kami akan memfokuskan pembahasan tentang pengertian filsafat,
objek material dan formal filsafat, dan metode filsafat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Filsafat
Secara Etimologis, filsafat merupakan terjemahan dari Philolophy (Bahasa
Inggris) atau Philosophia dari bahasa Yunani. Kata tersebut
terdiri dari dua suku kata yaitu Philo danShopia. Philo
yang berarti suka atau cinta, dan Shopia berarti kebijaksanaan. Jadi, Philoshopiaberarti
suka atau cinta pada kebijaksanaan.
Apabila diperhatikan bahwa nama Filosof (philosophos)
pertama kali dalam sejarah dipergunakan oleh Pythagoras (570-500 SM).
Menurutnya, Filosof adalah seorang yang ingin untuk mengetahui segala
sesuatu menurut keadaan yang sebenarnya, keinginan tersebut semata-mata untuk
mengetahui dan juga mengatakan bahwa dalam masa Socrates dan Plato (abad ke-5
SM), nama filsafat dan filosuf sudah lazim dipakai untuk dalam dialog plato
yang berjudul Phaidros.
Mengenai Pengertian (Definisi) filsafat tersebut, perlu dipahami bahwa
filsafat memandang alam ini sebagai suatu kesatuan yang tidak dipecah-pecah,
sehingga ia membahasnya secara keseluruhan, antara yang satu sama lainnya
sehingga berkaitan.
Pertama, menurut
Plato. Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang
asli.
Kedua, menurut
Aristoteles “filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang
terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi,
politik, dan estetika”.
Ketiga, menurut
golongan Stoa “filsafat ialah usaha untuk mencari kesempurnaan yang bersifat
teori dan amalan dalam bidang logika, fisika, dan etika.
Keempat, menurut
al-Farabi filasafat ialah ilmu pengetahuan tentang alam maujud sebagaimana
hakikat yang sebenarnya.
Kelima, menurut Descartes
filsafat merupakan sekumpulan segala pengetahuan dimana Tuhan, alam dan manusia
menjadi pokok penyelidikan.
Banyak yang berkesimpulan tentang filsafat, seperti yang dikemukakan oleh oleh
DR. Yahya Huaidi, dosen filsafat pada Universitas Cairo bahwa “filsafat itu
tidak lebih dari suatu pemikiran, dimana orang harus berpandangan biasa dan
tidak terikat pada lapangan penyelidikan tertentu, seperti halnya para ilmuan
dan bukan pula bertolak dari suatu paham yang sudah diterima kebenarannya lebih
dahulu, seperti sikaf orang agama.
Selanjutnya, Sidi Gazalba dalam bukunya Sistematika Filsafat mengemukakan
bahwa berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran
tentang segala sesuatu yang dimasalahkan, dengan berfikir secara radikal,
sistematis dan universal (Sidi Gazalba:40).
Sementara itu, menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) mengartikan filsafat sebagai :
a) Pengetahuan dan
penyelidikan dengan akal mengenai hakikat segala yang ada, sebab, dan hukumnya.
b) Teori yang
mendasari alam pemikiran atau suatu kegiatan
c) Ilmu yang
berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemology.
Kattsoff,
sebagaimana dikutip oleh Associate Webmaster Propessional (2001), menyatakan
karakteristik filsafat sebagai berikut :
- Filsafat
adalah berpikir secara kritis.
- Filsafat adalah
berpikir dalam bentuk sistematis.
- Filsafat
menghasilkan sesuatu yang runtut.
- Filsafat
adalah berpikir secara rasional.
- Filsafat
bersifat komprehensif
Pokok permasalahan yang dikaji filsafat mencakup tiga
dimensi yaitu :
a) Logika ; apa yang
dimaksud benar dan apa yang dimaksud salah.
b) Etika ; mana yang
dianggap baik dan mana yang dianggap buruk.
c) Estetika ; apa yang
termasuk jelek dan apa yang termasuk indah.
Ketiga cabang utama ini akhirnya bertambah lagi yaitu:
a) Metafisika ; teori
tentang ada (tentang hakikat keberadaan zat, tentang hakikat serta pemikiran
serta kaitan antara zat dan pikiran).
b) Politik ; kajian
mengenai organisasi sosial/pemerintahan yang ideal.
Akhirnya berkembang lagi menjadi banyak cabang yang
meliputi:
a) Epistimologi
(filsafat pengetahuan)
b) Etika (filsafat
moral)
c) Estetika
(filsafat seni)
d) Metafisika
e) Politik (filsafat
pemerintahan)
|
f) Filsafat
matematika
g) Filsafat sejarah
h) Filsafat hukum
i) Filsafat
pendidikan
j) Filsafat
agama
|
2.2 Objek Filsafat
Secara umum, filsafat mempunyai objek yaitu segala
sesuatu yang ada dan mungkin ada dan boleh juga diaplikasikan, yaitu tuhan,
alam semesta, dan sebagainya. Apabila diperhatikan secara seksama objek
filsafat tersebut dapat dikatagorikan kepada dua:
- Objek material
Objek material ini adalah sasaran material suatu
penyelidikan, pemikiran atau penelitian keilmuan. Objek material filsafat ilmu
adalah ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun
secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya secar umum.
- Objek formal
Objek formal merubah objek khusus filsafat yang
sedalam-dalamnya (Poedjawijatna, 1994: 8). Objek formal adalah sudut
pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya. Suatu obyek material
dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang sehingga menghasilkan ilmu yang
berbeda-beda. Objek formal ini dapat dipahami melalui dua kegiatan:
a. Aktivitas berfikir
murni (reflective thinking) artinya kegiatan akal manusia dengan usaha
untuk mengerti dengan usaha untuk mengerti secara mendalam segala sesuatunya
sampai ke akar-akarnya.
b. Produk kegiatan
berfikir murni, artinya hasil dari pemikiran atau penyelidikan dalam wujud ilmu
atau ideologi.
Mengenai objek forma ini ada juga yang mengindentikan
dengan metafisika, yaitu hal-hal diluar jangkauan panca indra, seperti
persoalan esensi dan substansi alam, yaitu sebab utama terjadinya alam. Metafisika berasal
dari bahasa yunani, yaitu metha artinya di belakang, sedangkan fisika artinya
fisik atau nyata. Untuk itu dapat dipahami pengertian methafisikaadalah
pemikiran yang jauh dan mendalam dibalik apa yang bisa dijangkau oleh panca
indra seperti Tuhan, asal alam, hakikat manusia, dan sebagainya.
Bagi plato(+ 427-347 SM) filsafat adalah penyelidikan
tentang sebab-sebab dan asas-asas yang paling akhir dari segala sesuatu yang
ada. Sementara bagi Aritoteles(+ 384-322 SM) filsafat adalah ilmu pengetahuan
yang berupaya mempelajari “peri ada selaku ada”(being as being) atau “peri ada
sebagaimana adanya”(being as such). Dari dua pernyataan tersebut, dapatlah
diketahui bahwa “ada” merupakan objek materi dari filsafat. Karena fisafat
berusaha memberikan penjelasan tentang dunia seluruhnya, termasuk dirinya
sendirinya, maka “ada” disini meliputi segala sesuatu yang ada dan, bahkan,
yang mungkin ada atau seluruh ada. Jadi, secara singkat dapat dikatakan, jika
filsafat itu bersifat holistik atau keseluruhan, sementara ilmu pengetahuan
lainnya bersifat Fragmental atau bagian-bagian.
Persoalan filsafat berbeda dengan persoalan nonfilsafat.
Perbedaanya terletak pada materi dan ruang lingkupnya. Ciri-ciri persoalan
filsafat adalah sebagai berikut:
1. Bersifat Umum,
artinya persoalan kefilsafatan tidak bersangkutan dengan objek-objek khusus
dengan kata lain sebagian besar masalah kefilsafatan berkaitan dengan ide-ide
besar.
2. Tidak menyangkut
fakta. Dengan kata lain persoalan filsafat lebih bersifat spekulatif.
Persoalan-persoalan yang dihadapi melampaui batas-batas pengetahuan ilmiah.
Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang menyangkut fakta.
3. Bersangkutan dengan
nilai-nilai (Values), artinya persoalan-persoalan kefilsafatan bertalian
dengan penilaian baik nilai moral-etika, estetika, agama, dan sosial. Nilai dalam
pengertian ini adalah suatu kualitas abstrak yang ada pada suatu hal.
4. Bersifat kritis,
filsafat merupakan analisi secara kritis terhadap konsep-konsep dan arti-arti
yang biasanya diterima begitu saja.
5. Oleh suatu ilmu
tanpa pemeriksaan secara kritis.
6. Bersifat sinoptis,
artinya persoalan filsafat mencakup struktur kenyataan secara keseluruhan.
Filsafat merupakan ilmu yang membuat susunan kenyataan sebagai keseluruhan.
7. Bersifat
implikatif, artinyakalau sesuatu persoalan kefilsafatan sudah dijawab, maka
dari jawaban tersebut akan memunculkan persoalan baru yang saling berhubungan.
2.3 Metode Filsafat
Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran
keseluruhan dari kenyataan. Untuk mendapatkan hal tersebut, filsafat memiliki
beberapa metode penalaran.
- Deduksi
Secara sederhana, metode ini dapat dikatakan satu metode
penalaran yang bergerak dari sesuatu yang bersifat umum kepada yang khusus.
Contohnya:
Semua manusia akan mati
Presiden adalah manusia
Presiden akan mati
- Induksi
Dikatakan satu metode penalaran yang bergerak dari
sesuatu yang bersifat khusus ke umum.
Ryan adalah seorang mahasiswa Aqidah Filsafat
Ryan adalah manusia
Semua mahasiswa Aqidah Filsafat adalah manusia
- Dialektika
Secara umum, metode ini dapat dipahami sebagai cara
berfikir yang dalam usahanya memperoleh kesimpulan berstandar pada tiga hal,
yakni: tesis, antitesis dan sintesis yang merupakan gabungan dari tesis dan
antitesis. Contoh sederhana untuk metode penalaran ini adalah keluarga. Dalam
satu keluarga biasanya terdapat ayah, ibu, dan anak. Jika ayah adalah tesis,
maka ibu adalah antitesis lantas anak merupakan sintesis karena keberadaanya
ditentukan ayah dan ibu.
2.4 Peranan, Tujuan, dan Manfaat Filsafat
Filsafat
merupakan suatu upaya berfikir yang jelas dan terang tentang seluruh kenyataan,
upaya ini menghasilkan beberapa peranan bagi manusia.
Filsafat berperan sebagai pendobrak. Artinya bahwa
filsafat mendobrak keterjungkungan pikiran manusia. Dengan memahami, dan
mempelajari filsafat manusia dapat menghancurkan kebekuan, kabakuan, bahkan
keterkungkungan pikirannya dengan kembali mempertanyakan segala. Pendobrakan
ini bisa membuat manusia terbebas dari kebekuan, dan keterkungkungan.
Jadi, bagi manusia filsafat berperan sebagai pembebas
pikiran manusia. Pembebasan ini membimbing manusia untuk berpikir lebih jauh,
lebih mendalam, lebih kritis terhadap segala hal sehingga manusia bisa
mendapatkan kejelasan dan keterangan atas seluruh kenyataan.
Jadi peranan ketiga yang dimiliki filsafat bagi manusia
adalah sebagai pembimbing. Selain memiliki peran bagi manusia, filsafat juga
berperan bagi ilmu pengetahuan umumnya. Menurut Descartes, filsafat adalah
himpunan dari segala pengetahuan yang pangkal penyelidikannya adalah mengenai
Tuhan, alam dan manusia.
Filsafat sebagai penghimpun ilmu pengetahuan. Memahami
peranannya sebagai penghimpun, maka filsafat dapat dikatakan merupakan induk
segala ilmu pengetahuan ataumater scientiarum. Bagi Bacon, filsafat
adalah induk agung dari ilmu-ilmu. Ia menangani semua pengetahuan, selain
sebagai induk yang menghimpun semua pengetahuan, bagi ilmu pengetahuan filsafat
juga mempunyai peranan lain, yakni sebagai pembantu ilmu pengetahuan.
Dalam menjalan peranannya filsafat memiliki tujuan.
Menurut Plato, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran
yang asli dan murni. Jadi, secara umum, tujuan filsafat adalah meraih kebenaran. Tidak
sepetri agama yang menyandarkan diri dan mengajarkan kepatuhan, filsafat
menyandarkan diri dan mengandalkan kemampuan berfikir kritis.
Secara konkret manfaat mempelajari filsafat adalah:
- Filsafat
menolong mendidik, membangun diri kita sendiri dengan pikiran lebih
mendalam, kita mengalami dan menyadari kerohanian kita.
- Filsafat
memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan memecahkan
persoalan-persoalan dalam hidup sehari-hari.
- Filsafat
memberikan pandangan yang luas, membendung akuisme dari akusentrisme
(dalam segala hal hanya melihat dan mementingkan kepentingan dan
kesenangan si aku).
- Filsafat
merupakan latihan untuk berfikir sendiri, hingga kita tak hanya
ikut-ikutan saja, membuntut pada pandangan umum, percaya akan setiap
semboyan dalam surat-surat kabar, tetapi secara kritis menyelidiki apa
yang dikemukakan orang, mempunyai pendapat sendiri, berdiri sendiri,
dengan cita-cita mencari kebenaran.
- Filsafat
memberikan dasar-dasar, baik untuk hidup kita sendiri(terutama dalam
etika) maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan lainnya, seperti sosiologi,
ilmu jiwa, ilmu mendidik, dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Filsafat yaitu cinta atau suka kepada suatu kebijaksanaan
atau kebajikan. Filosof atau orang yang berfilsafat adalah orang yang suka akan
kebijaksanaan dan senantiasa akan berusaha untuk berbuat bijaksana. Filsafat
mempunyai banyak peranan bagi manusia seperti: mendobrak keterkungkungan
pikiran manusia, pembebas pikiran manusia, sebagai pembimbing, penghimpun ilmu
pengetahuan, dan sebagai pembantu pengetahuan.
Secara umum, tujuan filsafat adalah meraih kebenaran agar dapat membawa manusia
kepada pemahaman, dan kepada tindakan yang lebih layak.
3.2 Saran
Jika dilihat dari peranan filsafat dan manfaat dari
filsafat itu sendiri, ada baiknya kita mempelajari dan lebih memahami serta
mendalami kajian dari ilmu filsafat.
DAFTAR PUSTAKA
Zulhelmi.2004.Filsafat Ilmu.Palembang:IAIN Raden
Fatah Press
Martini,Eka.2012.Filsafat Umum.Palembang:Noer
Fikri Offset
www.saifudin9.blogspot.com/2009/05/artikel-filsafat-islam-pengetahuan
Ihsan,Fuad.2010.Filsafat Ilmu.Jakarta:PT. Rineka
Cipta
Maksudnya, orang yang suka pada kebijaksanaan sekaligus
akan berusaha untuk berbuat bijaksana. Zulhelmi.,Filsafat Umum, (Palembang:IAIN
Raden Fatah Press, 2004), Hlm 1
Ibid.hal 2-3
Eka Martini., Filsafat Umum (Palembang:Noer
Fikri Offset, 2012), Hlm 1
Ibid.,Hlm 2-3
A. Fuad Ihsan, Filsafat Ilmu,(Jakarta:PT.
Renika Cipta,2010), Hlm 15
No comments:
Post a Comment