Soft power diplomacy menjelaskan tentang konsep
diplomasi non tradisional yang mulai berkembang pasca abad ke-21. Salah satu
tokoh yang terkenal dengan kemunculan ide soft power diplomacy ini adalah
Joseph Nye, Jr (1990).
Joseph Nye pertama kali mendefinisikan konsep soft
power diplomacy sebagai kemampuan suatu negara untuk mencapai keinginannya
melalui atraksi, termasuk kebudayaan, nilai, kebijakan luar negeri dan
sejenisnya yang tidak terkait dengan unsur ‘pemaksaan’. Pemaksaan yang dimaksud
lebih mengarah pada kekuatan militer, embargo, atau kecaman.
Karena merasa definisinya kurang lengkap, maka
konsep ini lantas didefinisikan ulang oleh Joseph Nye (2004). Definisi soft
power diplomacy yang baru menurut Joseph Ny menjadi kemampuan untuk
mempengaruhi negara lain melalui kerjasama dalam membentuk agenda, mengajak
serta melakukan kegiatan positif untuk memperoleh hasil yang diinginkan
(Trunkos 2013: 2). Dalam artian, diplomasi semacam ini dilakukan melalui
keinginan masing-masing pihak dengan sukarela serta hasilnya memberikan
kontribusi positif bagi setiap pihak yang terlibat.
Dalam analisanya, Trunkos juga menyimpulkan konsep
soft power dari beberapa peneliti. Definisi Trunkos adalah bahwa soft power
merupakan sumber daya nasional yang unggul sebagai kemampuan negara yang dapat
digunakan untuk mempengaruhi negara lain demi mencapai hasil yang diinginkan
atau kepentingannya. Soft power ini dapat diwujudkan dalam instrumen dan teknik
kebijakan luar negeri yang dijalankan oleh suatu negara (Trunkos 2013: 4-5).
SOFT POWER
DIPLOMACY OLEH CINA
Salah satu negara yang dikenal mengedepankan ide
soft power diplomacy dalam hubungan internasionalnya adalah Cina (Tiongkok).
Joseph Nye secara khusus pun pernah membahas tentang konsep soft power yang
dijalankan pemerintah Cina. Joseph Nye berpendapat bahwa soft power Cina
berkembang dengan pesat dan menarik untuk dipelajari. Hal ini terutama terkait
dengan aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan Cina. Lebih lanjut, Cina
dipandang cukup atraktif dalam mengembangkan soft power diplomacy-nya. Sikap
atraktif Cina ini ditunjukkan dari ide-ide yang dijadikan patokan dalam membina
hubungan kerjasama dengan negara-negara lain.
Ide yang dikembangkan Cina dalam soft power meliputi
(1) responsible power atau kekuatan tanggung jawab, (2) new security concept
atau konsep keamanan baru, (3) peaceful rise and development atau perkembangan
perdamaian dan pembangunan, serta (4) good neighbor policy atau kebijakan
bertetangga yang baik. Ide ini terutama diimplementasikan dalam hubungan
kerjasamanya dengan negara-negara sekawasan. Termasuk pula dalam kerjasamanya
di sektor pengembangan minyak (Cho & Jeong 2008: 455).
Sebagai bagian dari strategi keamanan sosial, Cina
berupaya untuk membangun jaringan relasi yang baik dan kuat. Relasi ini
dilakukan dalam rangka membentuk kerjasama di sektor produksi minyak terutama
dengan negara-negara produsen minyak secara bilateral. Hal ini sejalan dengan
pandangan Hu Jintao. Hu Jintao berpendapat bahwa dalam bekerja sama di sektor
pasar minyak internasional, harus didasarkan pada prinsip-prinsip tertentu.
Prinsip tersebut meliputi persamaan, timbal balik, keuntungan bersama serta
penguatan kerjasama dengan negara-negara produsen miyak lain (Jintao Written
Declaration at the Saint Petersburg G8 meeting dalam Niquite 2007: 15).
Konsep ini menekankan pada bagaimana pemahaman Cina
terhadap soft power serta aplikasinya dalam pencapaian kepentingan nasional. Utamanya
dalam membentuk hubungan baik dengan negara-negara tetangga serta mencapai
regional power atau kekuatan dan pengaruh yang lebih besar di kawasan regional.
Dengan pandangan ini, maka dapat dijadikan alat untuk menganalisa apa tujuan
Cina dalam ekspansi ini. Penjabaran mengenai kekuatan regional serta tujuan
pencapaian Cina dapat diwujudkan dalam konsep perdamaian.
Referensi:
Cho, Young Nam dan Jong Ho Jeong. 2008. China's Soft Power: Discussions, Resources, and Prospects. University of California Press. Asian Survey, Vol. 48, No. 3 (May/June 2008), pp. 453-472.
Niquite, Valérie. 2007. Energy Challenges in Asia.
Bruxelles: Ifri Gouvernance européenne et géopolitique de l’énergie &
Centre asie.
Trunkos, Judit. 2013. What is Soft Power Capability
and How Does it Impact Foreign Policy.Carolina: University of South Carolina.
No comments:
Post a Comment