Pengertian
Opini Publik Definisi dalam Komunikasi Menurut Para Ahli
Pengertian
Opini Publik adalah - Memahami opini seseorang,
apalagi opini publik bukanlah sesuatu hal yang sederhanan. Dengan
sendirinya pembentukan opini publik dibentuk oleh publik yang selektif, karena
itu untuk setiap masalah selalu ada publiknya sendiri- sendiri. Karena opini
sendiri mempunyai kaitan yang erat dengan pendirian (attitude). Suatu sikap
atau attitude; kata Cutlip dan Center, adalah kecendrungan untuk memberikan
respon terhadap suatu masalah stausituasi tertentu (Satropoetro, 1990:40)
Definisi Publik menurut
Para Ahli
Publik
opinion dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan dengan pendapat umum yang
membentuk Opini Publik adalah sikap pribadi sesorang atau kelompoknya. Karena
itu sikapnya ditentukan oleh pengalamannya, yaitu pengalaman dari dalam
kelompok itu juga.
Opini
publik menurut William Albiq adalah suatu jumlah dari pendapat
individu-individu yang diperoleh melalui perdebatan dan opini publik merupakan
hasil interaksi antar individu dalam suatu publik. Emory S. Bogardus dalam The
making of Public Opinion mengatakan opini publik hasil pengintegrasian
pendapat berdasarkan diskusi dalam masyarakat demokratis (Olii, 2007:20).
Faktor
Faktor Opini Publik
Dalam
buku Pendapat Umum, Hennessy mengemukakan lima faktor pendapat umum (opini
publik) :
- Adanya isu (Presence of an issue),
harus terdapat konsensus yang sesungguhnya. Opini Publik berkumpul
disekitar isu.
- Nature of Publics, harus ada
kelompok yang dikenal dan berkepentingan dengan persoalan itu.
- Pilihan yang sulit (Complex of
preferences), mengacu pada totalitas opini para anggota masyarakat tentang
suatu isu.
- Suatu pernyataan atau opini
(Expression of Opinion), berbagai pernyataan bertumpuk sekitar isu.
- Jumlah orang terlibat (Number of
persons involved), opini publik adalah besarnya (size) masyarakat yang
menaruh perhatian terhadap isu. (Olii, 2007:20)
Untuk
mencapai opini yang benar ataupun baik untuk pemecahan persoalan, tergantung
sekali dari :
- Apakah minoritas dapat juga
berbicara lain dari pada mayoritas.
- Informasi yang cukup dan benar
dapat dipakai sebagai landasan ataupun titik tolak pembentukan pendapat.
- Sifat manusia untuk berpihak.
(Olii, 2007:35)
George
Carslake Thompson mengemukakan bahwa proses pembentukan opini publik dalam
suatu publik yang menghadapi isu timbul berbagai kondisi yang berbeda-beda,
yaitu :
- Mereka dapat setuju terhadap fakta
yang ada atau merekapun boleh tidak setuju.
- Mereka dapat berbeda dalam
perkiraan, tetapi boleh juga tidak berbeda pandangan.
- Perbedaan yang lain ialah bahwa
mungkin mereka mempunyai sumber data yang berbeda-beda. (Olii, 2007:55)
Opini
bertindak sebagai jawaban terbuka terhadap suatu persoalan/issue. Subjek dari
suatu opini biasanya adalah masalah yang baru. Opini berupa reaksi pertama
dimana orang mempunyai rasa ragu-ragu dengan sesuatu, yang lain dengan
kebiasaan, ketidakcocokan, dan adanya perubahan penilaian. Unsur-unsur tersebut
mendorong orang untuk saling mempertahankannya. Suatu isu menjadi isu sosial
apabila menyebabkan orang lain akan membentuk pendapatnya dan menyatakan atau
memberikan tanggapannya atas persoalan yang dibahas oleh pendapat/opini semula.
Jenis
Opini
Bila
dalam suatu kehidupan masyarakat ada suatu masalah yang menyangkut kepentingan
umum maka pada diri setiap orang muncul gejolak kejiwaan. Gejolak kejiwaan
tersebut yang kemudian diekspresikan lewat pergunjingan di lingkungannya.
Opini/pendapat yang dikemukakan manusia terdiri dari berbagai jenis,
diantaranya adalah:
- Opini Perorangan, dimana opini yang
dikemukakan oleh seseorang secara terbuka di muka orang lain yang sedang
berada dalam kelompok baik formal/informal.
- Opini Pribadi, yakni opini yang
dikemukakan oleh seseorang kepada orang lain yang mempunyai hubungan yang
dekat dengannya atau dipercayainya. Pendapat/opini pribadi
mengandung unsur intimidasi/keakraban.
- Opini Publik, yaitu kesatuan
pendapat yang timbul dari sekelompok orang yang berkumpul secara spontan
dan membicarakan isu yang kontroversial.
- Opini/Pendapat Umum, adalah opini
yang dihasilkan oleh suatu lembaga pengumpulan pendapat umum tentang suatu
isu.
- Opini Khalayak, pendapat yang sudah
menetap/mengendap dalam masyarakat, telah dipengaruhi oleh berbagai norma
budaya dan bersifat statis (Sastropoetro,1990:1-3).
Mengukur Citra Lewat Opini Publik
Bila
dikaitkan dengan institusi atau kelembagaan ataupun organisasi yang berusaha
menghasilkan barang, jasa ataupun gagasan yang berkaitan dengan institusi,
organisasi ataupun perusahaan tersebut itu semua dilakukan oleh PR (Public
Relation) atau Humas dan bagian Marketing. Namun dalam perencanaan mengagaskan
promosi “Visit Indonesia Year 2008” dilakukan oleh suatu lembaga pemerintah
yakni Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia.
Bentuk
publikasi yang menggambarkan citra pariwisata Indonesia yang dijual kepada
wisatawan dalam maupun luar negeri tersebut dikemas dalam bentuk iklan layanan
masyarakat yang bertajuk “Visit Indonesia Year 2008” yang disiarkan melalui
televisi. Tidak hanya melalui televisi, dalam mempublikasikan citra baru yang
belum banyak diketahui publik dapat juga dipublikasikan melalui selebaran atau
brosur, suratkabar, dan radio.
1.
Membentuk Citra Baru
Upaya
memperkenalkan diri kepada khalayak merupakan stretegi komunikasi yang mutlak
dilakukan. Memperoleh pengikut bukanlah persoalan yang mudah, sebab dewasa ini
orang menyamakan dirinya dengan orang lain atau pihak lain tidak semata-mata
mengikuti aspek “kebutuhan nyata”, tetapi lebih berperan dalam keputusannya adalah
“rasa membutuhkan”. Mungkin dalam kenyataannya masyarakat membutuhkan produk
tersebut, tetapi kalau tidak ada rasa membutuhkan masyarakat tidak akan
mendekati produk tersebut. Maka, yang menjadi persoalan ialah bagaimana
merumuskan nilai-nilai penting yang bisa mendekatkan produk dan institusinya
atau perusahaannya kepada segmen pasar.
James
Lull menganjurkan untuk membentuk citra baru ini lebih baik menggunakan media
televisi. Mengutip George Gerbner dan Larry Gross, televisi merupakan alat yang
mapan dan berfungsi menyampaikan dan mempertahankan bukan mengubah, mengancam
atau melemahkan keyakinan (Olii, 2007:109).
Upaya
lain dalam membangun citra baru :
- Menjalin kerjasama dengan
tokoh-tokoh masyarakat yang menjadi panutan sosial.
- Mengadakan aktivitas bersama dengan
institusi lain yang mempunyai reputasi baik, sehingga menciptakan kesan
seolah-olah ada kesejajaran dengan institusi atau perusahaan tersebut.
2.
Mempertahankan Citra yang Sudah Terbangun
Mempertahankan
citra lebih sulit daripada membangun citra, karena ketika citra sudah terbangun
biasanya akan mengundang pesaing dan kompetisi. Muncullah ujian mempertahankan
citra yang sudah mapan dengan kerja pola yang lama dan sudah terbentuk pengikut
yang setia/fanatik. Kerika memutuskan untuk mengubah citra resikonya harus
membangun strategi komunikasi dari awal lagi.
Dalam
mempertahankan citra, yang perlu diperhatikan bagaimana menyusun pesan tidak
terkesan ambisius, mengundang konflik (mencari musuh).
3.
Memperbaiki Citra yang Sedang Terpuruk
Ketidakpercayaan
publik terhadapa produk yang ditawarkan menciptakan tuntutan publik. Dalam
situasi citra terpuruk, pembelaan diri tidak ada gunanya.
Prasangka
negatif publik tidak bisa memaksakan diri mengatakan hal yang sebenarnya. Diam
adalah tindakan yang paling tepat dilakukan untuk membiarkan opini publik
menurunkan tensinya, karena publik memiliki titik kejenuhan dalam mengikuti
opini publik tertentu. Ketika publik sudah jenuh, bahkan sudah melupakan dan
beralih kepada opini publik lain, barulah strategi berkomunikasi dengan publik
disusun kembali.
4.
Menguatkan Citra Karena Kekuatan Pesaing
Karena
kuatnya citra pesaing, situasi tersebut dapat merugikan organisasi dan
berakibat lesunya penjualan dan mengalami penurunan keuntungan.
Seringkali dampak yang dilakukan dalam persaingan cenderung emosional dan
semakin merusak citra. Menghancurkan pesaing dengan merusak merek dagang
pesaing melalui iklan dapat merusak citra sendiri.
Daftar
Pustaka Makalah Opini Publik
Olii,
Helena. 2007. Opini Publik. Jakarta : PT. Indeks.
Sastropoetro,
Santoso. 1990. Komunikasi Sosial. Bandung : Remaja Karya.

No comments:
Post a Comment