Tuesday, April 11, 2017

Perkembangan Ideologi Bangsa

Perkembangan Ideologi Bangsa
Pada masa lalu, Indonesia belum sestabil sekarang. Banyak guncangan yang dialami oleh bangsa Indonesia di masa lalu. Terdapat beberapa faktor yang meyebabkan Indonesia menjadi tidak stabil pada masa itu, salah satunya adalah muculnya beberapa ideologi yang digagaskan oleh beberapa kelompok yang memiliki kepentingan pribadi mengenai bentuk Indonesia di masa mendatang. Pada saat itu, terdapat 3 ideologi yang berkembang di Indonesia, antara lain nasionalisme, komunisme atau marxisme, dan islamisme. Masing-masing ideologi tersebut memiliki perwakilan untuk merepresentasikan keberadaan mereka. Partai Nasional Indonesia (PNI) merupakan perwakilan dari nasionalisme, Partai Komunis Indonesia (PKI) merupakan perwakilan dari komunisme atau marxisme, dan Masyumi dan Nahdlatul Ulama (NU) merupakan perwakilan dari islamisme. Meskipun perwakilan dari tiap ideologi ini berbeda jalur, akan tetapi ketika demokrasi terpimpin mereka berkoalisi hingga akhirnya membentuk sebuah partai yang kemudian dikenal sebagai NASAKOM (nasionalis, agama, komunis).
Gagasan nasionalis lahir dari pemikiran gologan terpelajar dan kaum cendekiawan yang berpikir kritis mengenai persatuan bangsa Indonesia. Hingga pada tahun 19200-an, golongan terpelajar dan kaum cendekiawan mulai angkat bicara tentang kemerdekaan Indoensia (Feith, 1970). Dari pemikiran mengenai kemerdekaan Indonesia itulah akhirnya muncul pemikiran untuk mempersatukan bangsa Indonesia dan bagaimana cara mempersatukannya. Pemikiran inilah yang mendorong munculnya pergerakan nasional yang diharapkan mampu menyatukan bangsa Indonesia melalui rasa nasionalisme dan menyingkirkan sikap kedaerahan sehingga Indonesia dapat bersatu seutuhnya. Di lain pihak, munculnya komunis dan islamis dilatarbelakangi oleh golongan tertentu yang mengingankan perubahan ideologi bangsa. Mereka menginginkan agar bentuk negara Indonesia berubah menjadi negara komunis atau negara islam.
Keempat partai yang berbeda aliran ini kemudian bersaing, dan akhirnya terjadilah persaingan yang cukup sengit diantara ketiganya. Ketika pemilihan umum, keempat partai ini lah yang mendominasi jalannya pemilihan. Keempat partai tersebut antara lain adalah PNI, Masyumi, PKI, dan NU. Walaupun satu aliran islamisme, akan tetapi NU dan Masyumi sangatlah berbeda karena NU lebih bersifat tradisional dibandingkan dengan Mayumi. Persaingan yang sengit diantara keempat partai pada akhirnya mengakibatkan pemberontakan yang memakan banyak korban, pemberontakan ini disebut G 30 SPKI yang didalangi oleh PKI. Namun, walaupun PKI menjadi otak dari suatu pemberontakan, mereka justru memiliki peranan penting dan cukup berjaya dibandingan ketiga partai yang menjadi saingannya pada saat itu. Selain tiga ideologi yang berusaha menjadi “nomor satu” di Indonesia, terdapat dua pemikiran lain dalam pemikiran politik Indonesia sehingga Herbert Feith (1970) membedakannya menjadi lima aliran. Kelima aliran tersebut antara lain nasionalisme radikal, tradisionalisme jawa, islam, demokratis, dan komunisme. Dalam lima aliran yang dirumuskan oleh Herbert Feith (1970), PKI ditempatkan pada urutan pertama karena  kuatnya kesan golongan komunisme dibandingkan degan golongan-golongan dari partai saingannya. Kemudian, tempat kedua diduduki oleh sosialisme demokratis yang gagasannya dianggap kurang “menarik perhatian” masa. Akan tetapi, sosialisme demokratis berhasil mempengaruhi pemimpin di partai besar seperti PNI.
Seperti yang telah ditulis sebelumnya, NU dan Masyumi memiliki perbedaan sehingga dalam hal ini islam dibagi menjadi dua kelompok yaitu Masyumi dan NU. Masyumi merupakan partai atau kelompok yang lebih bersifat reformis yang aktif dalam berpolitik, sedangkan NU merupakan aliran yang bersifat konservatif dan seperti yang telah ditulis di paragraf awal, NU lebih tradisional. Kemudian, tradisionalisme jawa yang dianggap sebagai sesuatu yang kontroversial karena sedikit banyak mempengaruhi beberapa periode dengan ide-idenya. Sementara itu, PNI memiliki porsi terbesar dikalangan perpolitikan di Indonesia. Berbagai macam ideologi yang muncul di Indonesia sejatinya telah mewarnai dan memberikan pandangan lain akan ideologi-ideologi yang telah ada. Dari ideologi-ideologi tersebut, kita pada akhirnya juga akan mengetahui ideologi apa yang tepat untuk bangsa Indonesia.
 REFERENSI
Feith, Herbert dan L. Castles. Ed. 1988. “Pegantar”, dalam Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965, Jakarta: LP3ES, pp. xii-ixvii
Ir. Soekarno. 1964. "Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme", dalam Dibawah  Bendera Revolusi, Jakarta: Departemen Penerangan , pp. 1-23.


No comments:

Post a Comment