Hypnotisablity
dapat diterjemahkan secara bebas sebagai “kemampuan untuk memasuki kondisi
hipnotik”. Dalam konteks pembahasan disini, Hypnotisablity berkaitan dengan
persyaratan dasar apakah bagi seorang Subyek atau Client agar dapat dipandu
menuju kondisi hipnotik, khususnya untuk Hiponotis Formal.
Secara
sederhana, terdapat 3 persyaratan dasar yang harus dipenuhi, agar seorang
Subyek dapat dipandu menuju kondisi hipnotik, yaitu :
(1).
Bersedia (tidak menolak)
Dikarenakan
kendali utama terhadap Critical Area adalah pada diri Subyek, maka diperlukan
kesediaan dari Subyek secara sukarela untuk dipandu ke kondisi hipnotik. Dari
penjelasan ini, maka kecil kemungkinan bagi seorang Hypnotist untuk memaksakan
proses Hipnotis terhadap seseorang yang menolak. Bahkan, bagi seorang Subyek yang
sudah bersediapun, kemungkinan besar akan muncul kesulitan, jika ternyata
Subyek tersebut ternyata memendam rasa takut atau cemas terhadap proses
Hipnotis.
(2).
Memahami komunikasi
Hipnotis
moderen adalah seni komunikasi persuasif, karena itu salah satu persyaratan
mutlak adalah terjadinya proses komunikasi antara Hypnotist dan Subyek. Sebagai
contoh, misalkan Subyek memiliki gangguan pendengaran (tuli), maka akan sulit
dilakukan proses komunikasi, walaupun secara teoritis komunikasi dapat
dilakukan pula secara non verbal, tetapi untuk tahap awal ini, kita fokuskan
terlebih dahulu bahwa komunikasi normal lebih melibatkan aspek verbal.
Selanjutnya,
komunikasi verbal yang terjadi juga harus dapat dipahami dengan baik oleh
Subyek. Oleh karena itu proses Hipnotis sangat sulit dilakukan oleh Hypnotist
terhadap Subyek yang memiliki perbedaan bahasa. Misal Hypnotist berbahasa
Indonesia, sedangkan Subyek hanya memahami bahasa Arab.
(3).
Memiliki kemampuan fokus
Fokus
adalah salah satu kunci utama dalam Hipnotis Formal. Bahkan dalam kondisi
trance yang dalam, sesungguhnya yang terjadi adalah Subyek menjadi semakin
fokus ke suatu hal, sehingga sesaat seakan melupakan berbagai hal yang
dianggapnya tidak penting.
Oleh
karena itu, Hipnotis Formal tidak dapat diterapkan kepada mereka yang
benar-benar memiliki kesulitan besar (ekstrim) untuk fokus. Contoh : pecandu
narkoba kronis yang fungsi indrawinya menurun jauh, atau anak berkebutuhan
khusus. (Catatan : anak berkebutuhan khusus masih dapat dipandu ke kondisi
Hipnotik melalui metode Hipnotis tertentu, bukan melalui Hipnotis Formal).
Dari
penjelasan di atas, tampak jelas bahwa dalam Hipnotis Formal, justru Subyek
atau Client yang memegang peranan, sehingga diperlukan 3 persyaratan tersebut.
Mungkin timbul pertanyaan, bagaimana sesungguhnya peranan seorang Hypnotist
adalam konteks pembahasan ini ?
Peranan
seorang Hypnotist ternyata juga terkait dengan persyaratan di atas, yaitu :
- Hypnotist yang ahli, dapat membuat
sesorang Subyek yang mungkin awalnya tidak bersedia atau menolak, menjadi
bersedia.
- Hypnotist yang ahli dapat menjalin
komunikasi yang sangat baik dengan Subyek.
- Hypnotist yang ahli, dapat membuat
Subyek menjadi lebih fokus. Sebagai catatan, dalam kasus Hipnoterapi,
bahkan seorang Client yang memiliki tingkat fokus normal yang sangat baik,
dapat menjadi sangat buruk ketika mengalami permasalahan psikologi.
Selanjutnya,
ketika seorang Subyek sudah memenuhi ketiga persyaratan di atas, maka apakah
secara otomatis yang bersangkutan menjadi mudah dibawa ke kondisi Hipnotik ?
Tentu saja jawabannya bisa “Ya” atau bisa pula “Tidak” ! Hal ini akan dibahas
di artikel berikutnya !
No comments:
Post a Comment