1. Teori
Konstruktvisme
Jean Piaget dan Leu Vygotski adalah dua nama yang
selalu diasosiasikan dengan kontruktivisme. Ahli kontruktivisme menyatakan
bahwa manusia membentuk versi mereka sendiri terhadap kenyataan, mereka
menggandakan beragam cara untuk mengetahui dan menggambarkan sesuatu untuk
mempelajari pemerolehan bahasa pertama dan kedua.
Pembelajaran harus dibangun secara aktif oleh
pembelajar itu sendiri dari pada dijelaskan secara rinci oleh orang lain.
Dengan demikian pengetahuan yang diperoleh didapatkan dari pengalaman. Namun
demikian, dalam membangun pengalaman siswa harus memiliki kesempatan untuk
mengungkapkan pikirannya, menguji ide-ide tersebut melalui eksperimen dan
percakapan atau tanya jawab, serta untuk mengamati dan membandingkan fenomena
yang sedang diujikan dengan aspek lain dalam kehidupan mereka. Selain itu juga
guru memainkan peranan penting dalam mendorong siswa untuk memperhatikan
seluruh proses pembelajaran serta menawarkan berbagai cara eksplorasi dan
pendekatan.
2 Teori Nativisme
Istilah nativisme dihasilkan dari pernyataan
mendasar bahwa pembelajaran bahasa ditentukan oleh bakat. Bahwa setiap manusia
dilahirkan sudah memiliki bakat untuk memperoleh dan belajar bahasa.
Chomsky dalam Hadley (1993: 48) yang merupakan tokoh
utama golongan ini mengatakan bahwasannya hanya manusialah satu-satunya makhluk
Tuhan yang dapat melakukan komunikasi lewat bahasa verbal. Selain itu bahasa
juga sangat kompleks oleh sebab itu tidak mungkin manusia belajar bahasa dari
makhluk Tuhan yang lain. Chomsky juga menyatakan bahwa setiap anak yang lahir
ke dunia telah memiliki bekal dengan apa yang disebutnya “alat penguasaan
bahasa” atau LAD (language Acquisition Device). Chomsky dalam Hadley (1993:50)
mengemukakan bahwa belajar bahasa merupakan kompetensi khusus bukan sekedar
subset belajar secara umum. Cara berbahasa jauh lebih rumit dari sekedar
penetapan Stimulus- Respon. Chomsky dalam Hadley (1993: 48) mengatakan bahwa
eksistensi bakat bermanfaat untuk menjelaskan rahasia penguasaan bahasa pertama
anak dalam waktu singkat, karena adanya LAD. Menurut golongan ini belajar
bahasa pada hakikatnya hanyalah proses pengisian detil kaidah-kaidah atau
struktur aturan-aturan bahasa ke dalam LAD yang sudah tersedia secara alamiah
pada manusia tersebut.
3 Teori Kognitivisme
Menurut Piaget dalam Mansoer Pateda (1990: 67),
salah seorang tokoh golongan ini mengatakan bahwa struktur komplek dari bahasa
bukanlah sesuatu yang diberikan oleh alam dan bukan pula sesuatu yang
dipelajari lewat lingkungan. Struktur tersebut lahir dan berkembang sebagai
akibat interaksi yang terus menerus antara tingkat fungsi kognitif si anak dan
lingkungan lingualnya.Struktur tersebut telah tersedia secara alamiah.
Perubahan atau perkembangan bahasa pada anak akan bergantung pada sejauh mana
keterlibatan kognitif sang anak secara aktif dengan lingkungannya.
Menurut aliran ini kita belajar disebabkan oleh kemampuan
kita menafsirkan peristiwa atau kejadian yang terjadi di dalam lingkungan.
Proses belajar bahasa terjadi menurut pola tahapan
perkembangan tertentu sesuai umur.
Tahapan tersebut meliputi:
a. Asimilasi
: proses penyesuaian pengetahuan
baru dengan struktur kognitif
b. Akomodasi : proses penyesuaian struktur kognitif dengan
pengetahuan baru
c. Disquilibrasi : proses penerimaan pengetahuan
baru yang tidak sama dengan yang telah diketahuinya.
d. Equilibrasi : proses penyeimbang mental setelah
terjadi proses asimilasi.
4 Teori Sibernetik
Istilah sibernetika berasal dari bahasa Yunani
(Cybernetics berarti pilot). Istilah Cybernetics yang diterjemahkan kedalam
bahasa Indonesia menjadi sibernetika, pertama kali digunakan tahun 1945 oleh
Nobert Wiener dalam bukunya yang berjudul Cybernetics.
Sibernetika adalah teori sistem pengontrol yang
didasarkan pada komunikasi (penyampaian informasi) antara sistem dan lingkungan
dan antar sistem, pengontrol (feedback) dari sistem berfungsi dengan
memperhatikan lingkungan.
Seiring perkembangan teknologi informasi yang
diluncurkan oleh para ilmuwan dari Amerika sejak tahun 1966, penggunaan
komputer sebagai media untuk menyampaikan informasi berkembang pesat. Teknologi
ini juga dimanfaatkan dunia pendidikan terutama guru untuk berkomunikasi sesama
relasi, mencari handout (buku materi ajar), menerangkan materi pelajaran atau
pelatihan, bahkan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa. Prinsip dasar teori
sibernetik yaitu menghargai adanya 'perbedaan', bahwa suatu hal akan memiliki
perbedaan dengan yang lainnya, atau bahwa sesuatu akan berubah seiring
perkembangan waktu. Pembelajaran digambarkan sebagai : INPUT => PROSES =>
OUTPUT.
No comments:
Post a Comment