Salah
satu tahapan penting dalam proses penelitian kuantitatif adalah penentuan variabelatau
ubahan penelitian. Dalam tahap ini seorang peneliti harus memutuskan
variabel-variabel apa saja yang akan dijadikan objek atau titik perhatian dalam
penelitiannya. Oleh karena itu istilah “variabel” merupakan istilah yang tidak
pernah ketinggalan dalam setiap penelitian.
Secara teoritis variabel bisa didefinisikan sebagi atribut atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan orang yang lainnya ataupun satu objek dengan objek yang lainnya (Hatch & Farhady, 1981). Sugiyono (2010:38) menyatakan, variabel penelitian adalah suatu atribut atau nilai atau sifat orang, objek atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti guna dipelajari dan selanjutnya ditarik kesimpulannya. Menurut Sudjarwo dan Basrowi (2009:169), variabel merupakan suatu konsep yang bisa diukur dan memiliki variasi nilai. Menurut Kerlingger (1973), variabel bisa dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai tidak sama atau berbeda. Dengan begitu variabel dapat dikatakan variabel itu merupakan sesuatu yang bervariasi, dinamakan variabel dikarenakan terdapat variasinya.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa, variabel adalah suatu konsep yang mempunyai variasi nilai. Konsep apapun itu asalkan mempunyai nilai bisa disebut sebagai variabel, dan sebaliknya jika tidak ada variasi nilainya dalam konsep tersebut maka bukan termasuk pada kategori variabel. Jadi, konsep siswa bukan termasuk variabel, dikarenakan tidak mengandung unsur nilai yang bervariasi. Sedangkan untuk status siswa dan prestasi siswa termasuk kedalam variabel karena mempunyai nilai yang berbeda-beda. Begitu pula pendidikan, bukan tergolong variabel, akantetapi untuk jenis pendidikan dan jenjang pendidikan merupakan variabel karena mengandung adanya variasi nilai. Umur, Status sosial, berat badan, tinggi badan, status perkawinan, motivasi belajar, kinerja guru semuanya termasuk kedalam konsep variabel.
Konsep – konsep yang tidak mengandung variasi nilai bisa diubah menjadi variabel dengan menitikberatkan pada aspek tertentu atau dengan menambahkan atribut tertentu dari konsep tersebut. Misalnya: konsep belajar bisa diubah menjadi variabel dengan mengubahnya menjadi hasil belajar, cara belajar, prestasi belajar, teori berlajar dan lain sebagainya.
Ciri
– ciri Variabel Penelitian
Dalam
sebuah penelitian variabel memiliki tiga ciri khusus, yaitu:
memiliki variasi nilai, membedakan satu objek dengan objek yang lainnya dalam
satu populasi, dan bisa diukur.
Variabel mimiliki nilai yang bervariasi. Dikarenakan variabel membedakan satu objek dengan objek lain dalam satu populasi , maka variabel haruslah memiliki nilai yang bervariasi. Misalnya sebagai berikut: dari suatu populasi yang terdiri dari 40 orang mahasiswa, indeks prestasi atau IP hanya akan menjadi variabel bila terdapat variasi nilai dalam IP pada populasi tersebut. Dan sebaliknya, jika dari 40 orang mahasiswa tersebut tidak terdapat variasi nilai dalam IP karena memiliki nilai IP yang sama, maka IP bukan termasuk dalam konsep variabel dari populasi kelompok tersebut. Contoh yang lainnya, dari suatu populasi yang tinggal di suatu daerah tertentu, jenis pekerjaan atau profesi bukanlah merupaka variabel jika seluruh orang dalam populasi itu mempunyai profesi atau pekerjaan yang sama.
Variabel membedakan satu objek dari objek yang lainnya. Objek – objek bisa menjadi anggota populasi karena memiliki suatu karakteristik yang sama. Walaupun sama, objek – objek dalam populasi masih bisa dibedakan satu sama lainnya dalam suatu variabel. Contohnya, populasi mahasiswa terdiri dari anggota yang mempunyai satu kesamaan karakterisktik, yaitu mahasiswa. Selain dari kesamaan tersebut, diantara mahasiswa tersebut memiiliki perbedaan dalam hal usia, agama, jenis kelamin, motivasi belajar, cara belajar, prestasi, tempat tinggal, pekerjaan orang tua, bakat, kecerdasa, dan sebagainya. Perbedaan – perbedaan tersebut merupakan variabel dikarenakan memiliki sifat membedakan di antara objek yang ada di dalam populasi mahasiswa tersebut.
Variabel harus bisa diukur. Penelitian kuantitatif mengharuskan adanya hasil penelitian yang objektif, terukur dan selalu terbuka untuk diuji. Variabel berbeda dengan konsep, karena konsep belum tentu dapat diukur sedangkan variabel bisa diukur. Variabel adalah operasionalisasi konsep (Bouma, 1993:38). Contohnya sebagai berikut, belajar adalah konsep dan hasil belajar adalah variabel, mahasiswa adalah konsep dan jumlah mahasiswa adalah variabel. Dengan demikian data dari variabel penelitian harus stampak dalam perilaku yang bisa diukur dan diobservasi, misalnya prestasi belajar adalah jumlah jawaban yang benar dihasilkan oleh mahasiswa dalam mengerjakan sebuah tes.
Macam
- macam Variabel Penelitian
Suatu
penelitian di dalamnya selalu terdapat variabel, baik yang berupa variabel
tunggal ataupun variabel jamak yang harus dinyatakan secara eksplisit oleh
seorang peneliti. Variabel tersebut di dalamnya juga selalu mengandung beberapa
gejala yang membedakannya satu dengan yang lainnya. Berikutnya juga di dalam
setiap gejala bisa juga ditemuai berbagai unsur atau aspek atau faktor yang
perlu diidentifikasi secara cermat.
Dalam suatu kegiatan penelitian dikenal berbagai macam penamaan variabel. Dari berbagai maca penamaan itu, paling tidak bisa diklasifikasikan berdasarkan lima aspek. Kelima aspek tesebut adalah:
1.
Sifat Variabel
Berdasarkan
sifatnya, variabel penelitian bisa dikelompokan menjadi dua, yaitu variabel
statis dan variabel dinamis.
a.
Variabel Statis
Variabel
statis adalah variabel yang memiliki sifat yang tetap, tidak bisa diubah
keberadaan maupun karakteristiknya. Dalam kondisi yang normal dan wajar
sifat-sifat tersebut sukar untuk diubah, misalnya seperti jenis kelamin, jenis
status sosial ekonomi, jenis pekerjaan, tempat tinggal dan sebagainya. Variabel
statis ini juga ada yang menyebutnya dengan variabel atributif (Sudjarwo dan
Basrowi, 2009:198). Sifat yang ada padanya adalah tetap, untuk itu penelitian
hanya mampu untuk memilih atau menyeleksi. Oleh sebab itu variabel ini juga
dikenal juga dengan nama variabel selektif. Menurut Suharsimi (2006:124),
selain menggunakan istilah variabel statis, juga menggunakan istilah variabel
tidak berdaya untuk masud yang sama, dikarenakan peneliti tidak mampu mengubah
ataupun mengusulkan untuk merubah variabel ini.
b.
Variabel Dinamis
Variabel
dinamis adalah suatu variabel yang bisa diubah keberadaannya ataupun
karakteristiknya. Variabel ini memungkinkan untuk dilakukan manipulasi maupun
diubah sesuai dengan ktujuan yang dikehendaki oleh peneliti. Pengubahan
tersebut bisa berupa peningkatan ataupun penurunan. Contohnya seperti berikut;
motivasi belajar, kinerja pegawai,prestasi belajar, dan sebagainya. Selain
memakai istilah variabel dinamis, untuk maksud yang sama Suharsimi (2006:124),
memakai istilah variabel berubah. Sedangkan Sudjarwo dan Basrowi (2009:197)
memakai istilah variabel aktif, untuk menyebut variabel dinamis ini.
2.
Hubungan antar Variabel
Berdasarkan
hubungan antar variabel maka variabel dalam sebuah penelitian bisa dikelompokan
menjadi:
a.
Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel
bebas merupaka variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab terjadinya
perubahan pada variabel lain. Sehingga dapat dikatakan bahwa perubahan yang
terjadi pada variabel ini diasumsikan akan mengakibatkan terjadinya perubahan
pada variabel yang lainnya. Variabel ini dinamakan variabel bebas dikarenakan
keberadaan variabel ini tidak bergantung pada adanya variabel yang lain atau
bebas dari ada atau tidaknya variabel lain.
Contoh berikut akan lebih memudahkan untuk memahami variabel bebas dalam sebuat penelitian. Bila dalam sebuah penelitian dinyatakan akan berusaha mengungkap “pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa”, maka variabel bebasnya adalah “motivasi belajar”. Variabel ini disebut variabel bebas karena adanya variabel ini tidak bergantung pada variabel lain, sedangkan variabel “prestasi belajar” bergantung dan dipengaruhi oleh variabel “motivasi belajar”.
Variabel bebas sering juga dikenal sebagai variabel stimulus, pengaruh dan prediktor. Dalam structural Equation Modelling (SEM) atau permodelan persamaan struktural, variabel bebas ini disebut sebagai variabel eksogen.
Contoh berikut akan lebih memudahkan untuk memahami variabel bebas dalam sebuat penelitian. Bila dalam sebuah penelitian dinyatakan akan berusaha mengungkap “pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa”, maka variabel bebasnya adalah “motivasi belajar”. Variabel ini disebut variabel bebas karena adanya variabel ini tidak bergantung pada variabel lain, sedangkan variabel “prestasi belajar” bergantung dan dipengaruhi oleh variabel “motivasi belajar”.
Variabel bebas sering juga dikenal sebagai variabel stimulus, pengaruh dan prediktor. Dalam structural Equation Modelling (SEM) atau permodelan persamaan struktural, variabel bebas ini disebut sebagai variabel eksogen.
b.
Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel
terikat adalah variabel yang keberadaannya dipengaruhi atau menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas. Dinamakan variaabel terikat karena kondisi atau
variasinya terikat atau dipengaruhi oleh variasi variabel lain, yaitu
dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat ini ada juga yang menyebutnya
sebagai variabel tergantung, karena variasinya tergantung kepada variasi
variabel yang lain. Selain itu ada juga yang menamakan variabel output,
kriteria ataupun respon. . Dalam structural Equation Modelling (SEM) atau
permodelan persamaan struktural, variabel bebas ini disebut sebagai variabel
indogen.
Contoh: jika peneliti hendak mengungkap “pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa”, maka yang menjadi variabel terikatnya adalah “prestasi belajar siswa”. Variabel ini disebut sebagai variabel terikat karena tinggi ataupun rendahnya prestasi beljar siswa tergantung dan dipengaruhi oleh variabel motivasi belajar.
c. Variabel Kontrol (Control Variable)
Contoh: jika peneliti hendak mengungkap “pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa”, maka yang menjadi variabel terikatnya adalah “prestasi belajar siswa”. Variabel ini disebut sebagai variabel terikat karena tinggi ataupun rendahnya prestasi beljar siswa tergantung dan dipengaruhi oleh variabel motivasi belajar.
c. Variabel Kontrol (Control Variable)
Varibael
ini merupakan variabel yang di dalam hal tertentu dibatasi atau dikendalikan
pengaruhnya sehingga tidak berpengaruh atau tidak meimiliki efek terhadap
gejala yang sedang diteliti, ataupun dengan kata lain pengaruh varibael bebas
terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak
diteliti. Dalam beberapa penelitian variabel ini tidak secara eksplisit
dinyatakan, akan tetapi pada penelitian yang lebih bersifat eksperimental
pengendalian variabel ini merupakan hal sangat penting sekali. Hal ini
dilakukan guna mengurangi kompleksitas atau kerumitan permasalahan yang sedang
diteliti. Selain dipakai dalam penelitian eksperimental, variabel kontrol juga
sering dipakai oleh peneliti, jika hendak melakukan penelitian yang bersifat
membandingkan.
Contohnya sebagai berikut: Pengaruh motode mengajar terhadap prestasi belajar siswa. Varibel bebas pada penelitian ini adalah metode mengajar, sedangkan untuk variabel terikatnya adalah prestasi belajar siswa, variabel kontrol yang ditetapkan sama adalah mata pelajaran yang sama misalnya pada pelajaran fisika. Dengan adanya penetapan variabel kontrol tersebut, maka besarnya pengaruh metode mengajar terhadap prestasi belajar siswa dapat diketahui lebih pasti.
Contohnya sebagai berikut: Pengaruh motode mengajar terhadap prestasi belajar siswa. Varibel bebas pada penelitian ini adalah metode mengajar, sedangkan untuk variabel terikatnya adalah prestasi belajar siswa, variabel kontrol yang ditetapkan sama adalah mata pelajaran yang sama misalnya pada pelajaran fisika. Dengan adanya penetapan variabel kontrol tersebut, maka besarnya pengaruh metode mengajar terhadap prestasi belajar siswa dapat diketahui lebih pasti.
d.
Variabel Moderator (Moderator Variabel)
Varabel
moderator merupakan variabel yang memperkuat ataupun memperlemah pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Menurut Sugiyono (2010:39),
variabel moderator ini disebut dengan istilah variabel independent ke dua.
Secara definisi hampir sama dengan variabel kontrol, hanya saja di sini
pengaruh variabel itu tidak ditiadakan atau dinetralisir akantetapi bahkan
dianalisis atau diperhitungkan.
Contoh: hubungan kebiasaan belajar dengan prestasi belajar akan semakin kuat bila ditopang dengan IQ yang baik, dan hubungan semakin rendah jika IQ kurang baik.
e.
Variabel Antara (Intervening Variabel)
Variabel
Intervening atau variabel antara ini merupakan variabel yang secara teoritis
mempengaruhi hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat menjadi
hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini
merupakan variabel penyela yang terletak diantara varibel bebas dan terikat,
sehingga varibel bebas tidak langsung memperngaruhi berubanhya atau timbulnya
variabel terikat.
Contohnya:
Pengaruh pendapatan terhadap harapan hidup seseorang. Tinggi rendahnya
pendapatan seseorang secara tidak langsung akan mempengaruhi usia harapn hidup.
Dikatakan tidak langsung karena tingkat pendapatan seseorang sebenarnya
berpengaruh langusng terhdapa gaya hidup, sedangkan gaya hidup akan
mempengaruhi secara langsung terhadap usia harapan hidup. Dengan demikian
diantara variabel pengaruh tingkat pendapatan terhadap usia harapan hidup ada
variabel antara, yaitu variabel gaya hidup, sedangkan antara variabel tingkat
pendapatan dengan variabel gaya hidup terdapat variabel moderator, yaitu budaya
lingkungan tempat tinggal (sugiyono, 2010:40).
Supaya
dapat menentukan keudukan variabel bebas, terikat, control, moderator, variabel
antara atau variabel yang lainnya, harus dilihat konteksnya dengan dilandasi
konsep teoritis yang mendasari maupun dari hasil pengamatan empiris. Oleh
karena itu, sebelum peneliti mimilih variabel apa yang akan diteliti perlu
melakukan kajian teoritis, dan melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu pada
objek yang akan diteliti. Jangan sampai terjadi menyusun rancangan penelitian
dibelakang meja, dan tanpa mengetahui terlebih dahulu permasalahan yang ada di
objek penelitian. Tidak jarang terjadi, rumusan masalah tersebut dibuat tanpa
melalui studi pendahuluan ke objek penelitian, sehingga setelah dirumuskan
ternyata masalah itu tidak menjadi masalah pada objek penelitian. Setelah
masalah bisa dipahami dengan jelas dan dikaji secara teoritis, maka penelitian
bisa menentukan variabel-variabel penelitiannya.
3.
Urgensi Pembakuan Instrumen
Berdasarkan
perlu atau tidaknya pembakuan instrumen untuk mengumpulkan data, maka variabel
dapat dikelompokan menjadi variabel faktual dan variabel konseptual (Purwanto,
2007:9)
a.
Variabel Faktual
Variabel
ini meruakan variabel yang ada di dalam fakta-faktanya. Contoh variabeel
faktual antara lain, agama, jenis kelami, pendidikan, usia, asal sekolah,
status perkawinan, asal sekolah, asal tempat tinggal, dan sebagainya. Karena
sifatnya yang faktual, maka jika terdapat kesalahan dalam pengumpulan data,
kesalahan bukan terletak pada instrumen akan tetapi pada responden, misalnya
memberi jawaban yang tidak jujur. Instrumen untuk mengumpulkan data variabel
faktual tidak perlu dibakukan. Tidak perlu dilakukan uji validitas dan
reliabilitas.
b.
Variabel Konseptual
Variabel
konseptual adalah variabel yang tidak terlihat dalam fakta akan tetapi
tersembunyi dala suatu konsep. Variabel konsep hanya diketahui berdasarkan
indikator yang nampak. Contoh variabel konsep yiatu prestasi belajar, minat,
kecerdasan, motivasi belajar, bakat, konsep diri, kinerja, dan lain sebagainya.
Karena tersembunyi dalam konsep, maka keakuratan data dari variabel konsep
tergantung pada keakuratan indikator dari konsep-konsep yang dikembangkan oleh
peneliti.
Kesalahan
data dalam pengukuran bisa disebabkan oleh kesalahan konsep beserta indikator
pada instrumen yang dikembangakan oleh peneliti. Kesalahan data dari variabel
prestasi belajar, contohnya kemungkinan disebabkan oleh instrumen pengumpulan
data prestasi, baik melalui tes maupun dengan non tes yang salah konsep. Untuk
memastikan instrumen tidak salah konsep maka sebelum digunakan untuk
mengumpulkan data variabel konsep, instrumen harus diuji validitas dan
reliabitilitasnya.
4.
Tipe Skala Pengukuran
Variabel
dapat dibedakan berdasarkan pada tipe skala pengukurannya. Ada empat tingkat
variasi yang dihasilkan dari hasil pengukuran terhadap variabel, yaitu nominal,
ordinal, interval, dan rasio.
a.
Variabel Nominal
Variabel
ini dikenal juga dengan vaiabel diskrit. Sesuai dengan namanya nominal atau
nomi yang berarti nama, menunjukkan label atau tanda yang hanya untuk
membedakan atara variabel satu dengan variabel yang lainnya. Variabel nominal
adalah variabel yang hanya dapat digolongkan secara terpisah, secara diskrit,
secara kategori. Contohnya jenis kelamin, jenis sekolah, wilayah, agama dan
lain sebagainya. Variabel nominal adalah variaebl yang mempunyai variasi yang
paling sedikit, yaitu perbedaan.
Sekala
pengukuran dari variabel nominal merupakan skala yang paling sederhana di mana
angka yang diberikan kepada suatu kategori tidak menggambarkan kedudukan
tersebut terhadap katergori yang lainnya akan tetapi hanya sekedar kode atau
label. Misalnya variabel jenis kelamin dikelompokkan menjadi dua kategori,
yaitu laki-laki dan perempuan. Selanjutnya kategori laki-laki diberi label 1
dan kategori perempuan diberi label 2, disini tidak berarti kategori wanita
bernilai lebih tinggi dibandingkan dengan kategori laki-laki. Karena pada
variabel ini angka yang diberikan tidak memiliki nilai intrinsik. Skala nominal
hanya menunjukkan perbedaan, tidak menunjukkan jarak perbedaan, kedudukan
maupun perbandingan.
Penelitian terhadap variabel nominal memiliki kegunaan yang terbatas. Dalam penelitian yang bersifat terbatas, hanya bisa diketahui adanya suatu hubungan atau pengaruh, tetapi tidak bisa mengetahui tingkat pengaruh antar variabel yang sedang diteliti.
Penelitian terhadap variabel nominal memiliki kegunaan yang terbatas. Dalam penelitian yang bersifat terbatas, hanya bisa diketahui adanya suatu hubungan atau pengaruh, tetapi tidak bisa mengetahui tingkat pengaruh antar variabel yang sedang diteliti.
b.
Variabel Ordinal
Variabel
ini merupakan variaebl yang mempunyai variasi perbedaan, urutan atau tingkatan
(order), tetapi tidak mempunyai kesamaan jarak perbedaan serta tidak dapat
diperbandingkan. Urutan ini menggambarkan adanya gradasi atau peringkat, tetapi
jarak tingkat yang satu dengan tingkat yang lainnya tidak bisa diketahui dengan
pasti.
Contoh
variabel ordinal yaitu peringkat kejuaraan, yang mana selisih yang
menggambarkan jarak pencapaian skor atau perstasi juara I, II, dan III tidak
dipermasalahkan. Contoh lain adalah rangking prestasi belajar siswa yang
diperoleh dari skor hasil ujian, sebagai misal rangking I mempunyai skor 90,
rangking II mempunyai skor 88, rangking III mempunyai skor 80, dan seterusnya.
Dalam menentukan rangking tersebut selisih jumlah skor masing – masing
peringkat tidak dipermasalahkan. Jarak anatara rangking tidak sama, jarak
rangking I dengan rangking II mempunyai jarak dua skor, sedangkan rangking II
dengan rangking III mempunyai jarak delapan skor.
Ordinal
merupakan angka yang menunjukkan posisi dalam suatu urutan, dalam suaru seri.
Skala ordinal yang disebut juga skala berjenjang berbentuk peringkat
menggolongkan subjek menurut jenjangnya, tanpa memperhatikan jarak antara
golongan yang satu dengan yang lain. Satu –satunya syarat penggolongan adalah
adanya tingkatan atau jenjang yang berbeda, adanya order. Skala ordinal tidak
hanya mengkategorikan variabel yang menunjukkan perbedaan kalitatif antara
berbagai kategori, tetapi juga mengurutkan kategori berdasarkan suatu cara
tertentu.
c.
Variabel Interval
Variabel
ini merupakan variabel yang skala pengukurannya bisa dibedakan, bertingkat, dan
mempunyai jarak yang sama dari satuan hasil pengukuran, akan tetapi tidak
bersifat mutlak dan tidak bisa diperbandingkan. Contahnya hasil belajar siswa
yang diberikan angka 4,5,6,7,8 dan seterusnya. Skala penilaian antara 1 hingga
10 mempunyai satuan 1 per unit. Jarak antara 4 dengan 5 sama dengan jarak
antara 5 dengan 6 dan seterusnya, namun angka-angka tersebut tidak mempunyai
arti perbandingan. Artinya bahwa angka 4 yang diperoleh siswa tidak berarti
kepintaranya setengah dari kepintaran siswa yang mendapatkan angka 8. Hal ini
karena angka dalam skal interval tidak mempunyai sifat absolut sehingga tidak
bisa diperbandingkan.
Variasi
dalam variabel interval mempunyai perbedaan, urutan, dan jarak perbedaan yang
sama besar antar variabelnya. Oleh sebab itu, skala ini lebih baik daripada
skala nominal dan skala ordinal, dan hasil pengukurannya mempunyai kecendrungan
sentral, dan rata-rata. Hasil pengukuran dari dispersi adalah mean, meidan,
mode, standar deviasi, dan sebagainya.
d.
Variabel Rasio
Variabel
rasio merupakan variabel yang mempunyai skor yang bisa dibedakan, diurutkan,
mempunyai kesamaan jarak perbedaan, dan bisa diperbandingkan. Dengan demikian
variaebl yang mempunyai skala rasio merupakan variabel yang mempunyai tingkat
tertinggi dalam penskalaan pengukuran variabel, karena bisa menunjukkan
perbedan, tingkat, jarak, dan dapat diperbandingkan. Contohnya variabel berat
badan, seorang berat badannya 30 kg adalah setengah dari orang yang bertnya 60
kg.
Skala
rasio merupakan skala yang pailng ideal, karena memiliki titik nol absolut yang
berarti pencatatan dengan bilngan nol akan menunjukkan gejala sama sekali tidak
ada. Skala rasio memiliki jarak yang sama sehingga dapat mengatakan dengan persis
bahwa A dua kali berat B. Variabel rasio mempunyai variasi paling banyak, yaitu
perbedaan, urutan, tingkat, kesamaan jarak perbedaan dan perbandingan.
Variabel interval dan variabel rasio diperlakukan sama dalam statistik, karena kedua-duanya mempunyai sifat yang serupa untuk dikenai operasi matematika, misalnya dapat dicari rata-ratnya, dipangkatkan, dibagi dan sebagainya.
Variabel interval dan variabel rasio diperlakukan sama dalam statistik, karena kedua-duanya mempunyai sifat yang serupa untuk dikenai operasi matematika, misalnya dapat dicari rata-ratnya, dipangkatkan, dibagi dan sebagainya.
5.
Penampilan Waktu Pengukuran
Berdasarkan
penampilan atau performa saat akan diukur, variabel bisa dibedakan menjadi dua
yaitu variabel maksimalis dan variabel tipikalis.
a.
Variabel maksimalis
Yiatu
merupakan variabel yang pada waktu pengumpulan datanya responden didorong untuk
menunjukkan penamipilan maksimalnya. Berdasarkan penampilan maksimal tersebut
dapat diketahaui keberadfaan variabel tersebut pada responden. Instrumen yang
digunakan untuk mengukur performan variabel maksimalis adalah berupa tes.
Contoh
variabel maksimalis antara lain bakat, kreativitas, prestasi belajar dan
sebagainya. Dalam pengumpulan data variabel maksimalis, responden didorong
untuk menunjukkan penampilan yang maksimal dalam merespon tes, sehingga dapat
diketahui tingkat bakat, kreativitas dan sebagainya. Instrumen yang digunakan
misalnya tes bakat, tes kreativitas dan sebagainya.
b.
Variabel Tipikalis
Variabel
tipikalis merupakan variabel yang pada saat pengumpulan datanya, responden
tidak didorong untuk menunjukkan penampilan yang maksimal tetapi lebih untuk
melaporkan secara jujur keadaan dirinya dalam variabel yang diukur.
Contoh variabel tipikalis yaitu minat, sikap terhadap mata pelajaran tertentu, kepribadian, motivasi dan sebagainya. Pada saat pengumpulan data responden didorong untuk merespon butir - butir pada instrumen sesuai keadaan, pengalaman, perasaan, dan pikirannya. Isntrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data variabel tipikalis merupakan instrumen non tes, baik itu berupa observasi, angket, wawancara, dan sebaginya.
Contoh variabel tipikalis yaitu minat, sikap terhadap mata pelajaran tertentu, kepribadian, motivasi dan sebagainya. Pada saat pengumpulan data responden didorong untuk merespon butir - butir pada instrumen sesuai keadaan, pengalaman, perasaan, dan pikirannya. Isntrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data variabel tipikalis merupakan instrumen non tes, baik itu berupa observasi, angket, wawancara, dan sebaginya.
Daftar
Bacaan:
Purwanto.
2007. Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Sudjarwo dan Basrowi. 2007. Manajemen Penelitian Sosial. Bandung: Mandar Maju
Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian.Bndung: Alfabeta
Suharsimi Arikunto.2006.Prosedur Penelitian, Suatu pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta.
Sudjarwo dan Basrowi. 2007. Manajemen Penelitian Sosial. Bandung: Mandar Maju
Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian.Bndung: Alfabeta
Suharsimi Arikunto.2006.Prosedur Penelitian, Suatu pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta.
Widoyoko,
S.E.Putro.2012.Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.Yogyakarta : Pustaka
Pelajar
No comments:
Post a Comment